1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

171110 START Senat

18 November 2010

Gedung Putih bekerjakeras untuk menyelematkan kesepakatan perlucutan senjata START dengan Rusia. Hari Rabu pagi (17/11), menteri luar negeri Hillary Clinton tanpa disangka hadir di bukit Capitol.

https://p.dw.com/p/QCpg
Presiden AS George Bush Sr. (kiri) dan Presiden Rusia den Michail Gorbatchov ketika menandatangani kesepakatan START IFoto: picture-alliance/dpa

Di sana, Clinton berusaha menggerakkan para senator untuk segera meratifikasi kesepakatan itu, dalam periode legislatur ini. Ditegaskannya, "Pemerintah akan melakukan semua hal yang dibutuhkan. Bersedia kapan saja, 24 jam sehari untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan para senator, karena kami menyadari bahwa ini bukan isu yang bisa ditunda.!

Masalahnya mayoritas senator dari Partai Republik justru ingin menundanya. Jon Kyl, negosiator utama untuk isu ini, hari Selasa (17/11), mengumumkan bahwa Kesepakatan START baru akan dibahas dalam periode legislatur mendatang, tahun 2011 depan. Kini waktunya terlalu singkat dan terlalu banyak masalah yang belum diselesaikan. Begitu alasan Kyl untuk penundaannya.

Seandainya Kongres memutuskan di periode legislasi ini, maka hanya dibutuhkan 8 suara dukungan dari kubu Republik agar START bisa dilanjutkan. Namun untuk meratifikasinya tahun 2011 depan akan dibutuhkan dukungan dari 14 senator Partai Republik. Namun kaum Republikan masih menuntut pemerintah Amerika Serikat agar menyetujui modernisasi perlengkapan senjata nuklir AS. Selain itu, mereka menginginkan kepastian bahwa kesepakatan START tidak akan berimbas pada pembangunan penangkalan rudal yang direncanakan.

Senator John Kerry dari Partai Demokrat menilai bahwa Gedung Putih sudah memenuhi butir-butir tuntutan kubu Republik ini. Ungkapnya, "Hingga kini Presiden Obama telah menawarkan 80 milyar Dolar untuk memodernisasi senjata nuklir AS dan 4,1 milyar Dolar untuk memenuhi tuntutan-tuntutan Senator Kyl."

Pada saat ini sudah tidak ada perbedaan pendapat yang mendasar mengenai kesepakatan itu, demikian Kerry. Seandainya Kongres memutuskan di periode legislasi ini, maka hanya dibutuhkan 8 suara dukungan dari kubu Republik agar START bisa dilanjutkan. Tampaknya bagi kaum Republikan masalahnya bukan sekedar kesepakatan START. Diduga, mereka lebih mempermasalahkan bahwa kesepakatan ini merupakan capaian Presiden Obama. Inilah yang ingin mereka hindari dan karenanya, mereka berusaha menjegal. Bagi Dick Lugar sikap itu tidak pantas.

Lugar adalah satu-satunya Senator Republik yang telah menyatakan dukungannya untuk kesepakatan perlucutan senjata dengan Rusia itu. Ia ingin agar Senat memutuskannya sekarang juga, dalam perdiode legislatur ini. Hari Rabu (17/11), ia berdiri bersama Menteri Luar Negeri Clinton dan Senator John Kerry ketika menjelaskan betapa pentingnya ratifikasi kesepakatan itu.

Masa berlaku kesepakatan START yang sebelumnya berakhir Desember tahun 2099. Sejak itu tidak ada pengawas Amerika Serikat yang bisa memonitor perkembangan di Rusia. Lugar mengingatkan, lebih 13 ribu roket nuklir diarahkan ke Amerika Serikat. Apakah kenyataan ini bisa menggerakkan para senator lainnya? Sejak pemilihan Kongres terakhir, kaum Republikan merasa begitu kuat, dan tampaknya masih ingin agar Presiden Obama menyadarinya.

Anna Engelke/Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk