1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kaum Muslim Peduli Iklim

12 April 2010

Sebuah Konferensi Internasional Masyarakat Muslim untuk Perubahan Iklim di gelar di kota Bogor. Konferensi dua hari ini merupakan kelanjutan dari Rencana “Tujuh Tahun Aksi Muslim untuk Perubahan Iklim."

https://p.dw.com/p/MtmX
Kepedulian terhadap masalah iklim tersebar di seluruh duniaFoto: AP

Konferensi di Bogor ini merupakan bentuk keprihatinan atas rendahnya kesadaran di kalangan umat Islam menyangkut isu perubahan iklim. Menurut Ketua komite penyelenggara konferensi, Ismid Hadad, inti konferensi ini adalah bagaimana menggunakan motivasi ajaran agama dan sistem islam untuk mengubah pandangan umat untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan: “Umat Islam ini termasuk yang besar jumlahnya. Selama ini dituding negatif, teror, pencemar, kumuh. Sementara soal lingkungan, kepedulian, di dalam ajaran-ajaran islam pun sudah ada dari dulu. Kita mau membuktikan. Prakarsa ini darimana? Dari beberapa kelompok, muslim enviromentalis, yang terutama ada di Timur Tengah.”

Bogor Kota Hijau

Agenda utama konferensi perubahan iklim umat Islam yang pertama ini, adalah peresmian Bogor sebagai model Kota Hijau atau Green City serta pembentukan Asosiasi Masyarakat Muslim untuk Aksi Perubahan Iklim (Muslim Association for Climate Change Action) disingkat MACCA. Sayangnya, rencana pembentukan organisasi payung yang akan memandu kegiatan dan mengimplementasikan rencana aksi pada berbagai negara dan masyarakat muslim di dunia itu batal dilakukan karena sejumlah negara pengusul berhalangan hadir. Ketua komite penyelenggara konferensi, Ismid Hadad mengatakan: “Ide semula di Bogor ini akan ada dalam satu pertemuan ada dua acara. Satu, nanti, akan meresmikan organisasi MACCA yang ke dua, mendeklarasikan Bogor sebagai Green City. Kenapa Bogor, karena ada pemerintah kotanya yang mau bikin komitmen dan sudah punya program. Yang pembentukan organisasi tadi? Ya, itu diantara inisiatornya tadi, nggak tahu bagaimana, dianggap bahwa belum bisa di sini karena rupanya ada yang mau bikin yangg formalnya itu di Timur Tengah. inisiatornya Timur Tengah dia mau resminya juga di Timur Tengah. Tak tahu itu nanti di Kuwait, atau di mana.”

Präsidentenpalast in Bogor, Indonesien
Bogor dengan istana kepresidenanFoto: picture-alliance/ dpa

Antusiasme Peserta Konferensi

Meski gagal membentuk sebuah organisasi permanen dan tidak dihadiri wakil-wakil dari negara pengusul, namun tidak mengurangi antusiasme peserta dalam konferensi ini.

Tercatat, ada 250 peserta yang datang dari 14 negara. Mereka adalah para ulama pimpinan dari sejumlah pesantren, cendekiawan muslim, dan aktivis LSM lingkungan. Wakil Organisasi Muhammadiyah, Profesor Muhyidin Mawardi menjelaskan pentingnya acara ini: “Kepentingan disini, saya kira paling tidak ya sharing, dari beberapa kelompok dan penganjur atau peminat masalah lingkungan di negara kita terutama dari kelompok kelompok negara muslim untuk bisa saling bekerjasama, selama ini kan mereka sudah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Climate Change itu, tetapi kan sendiri-sendiri.”

Klimagipfel in Bonn
Di kota Bonn Jerman kerap diselenggarakan Konferensi Iklim, dan diwarnai aksi protesFoto: AP

Haji Hijau juga Menjadi Wacana

Sejumlah wacana juga mencuat dalam konferensi ini. Mulai dari usulan pembentukan masjid hijau, tawaran konsep zakat untuk lingkungan serta munculnya ide haji hijau, atau green haj. Seperti dijelaskan Ketua komite penyelenggara konferensi, Ismid Hadad: “Umat Islam banyak betul yang pergi haji, Sementara, haji itu, terbang sampai ke Mekkah berapa besar jejak karbon yg dihasilkan. Kalau bisa kita bikin satu skema, dimana ada kompensasi. Semua yangg pergi ke sana dia menyumbangkan sesuatu untuk dikembalikan ke bumi. Koleksi dananya itu dipakai untuk memperbaiki lingkungan. Kita tidak tahu bagaimana caranya, mungkin ada suatu waqaf. dan dana itu kalau dikumpul, bayangkan, satu tahun, Indonesia itu 250 ribu orang pergi ke sana.”

Pilger Hajj der Muslime nach Mekka muss verschoben werden
Menunaikan ibadah haji sambil peduli terhadap lingkunganFoto: AP

Komunike Bersama Dicapai

Pada akhir konferensi, para peserta menyepakati sebuah komunike bersama, untuk memelihara ekosistem dunia. Mereka juga setuju untuk membangun pusat-pusat kerja sama untuk kepentingan itu. Ketua komite penyelenggara konferensi, Ismid Hadad memandang langkah awal, ini sangat menjanjikan:

“Semuanya merasakan perlu mengadakan aksi baik secara bersama sama maupun di tempat masing masing oleh kelompok masing masing. Bahwa itu harus dimulai dari pendidikan, itu yang menonjol sekali, dan kemudian kita harus membikin kerjasama dengan para ahli, ilmuwan kita di universitas. Dari segi untuk membangun kesadaran dan solidaritas lumayan. Tapi ini masih terlalu kecil, dan terlalu awal untuk tantangan yang begitu besar. Tapi yang penting, inti dari kelompok itu sudah ada, dan kalau setaip kelompok yang hadir disini bisa mempengaruhi kelompok lain, circle ini akan terus menggelinding.”

Eisbär in Alaska
Pemanasan global picu pencairan es di AlaskaFoto: AP

Optimisme serupa juga dinyaatkan oleh salah satu inisiator konferensi ini, Dr Mahmoud Akef: “Saya tahu, kita tidak akan membuahkan hasil hanya dengan konferensi ini. Ini langkah pertama yang Insya Allah akan diikuti dengan langkah langkah berikutnya. Dan kita berharap dalam lima atau sepuluh tahun memndatang kita sudah memiliki kota yang tidak cuma memiliki wilayah hijau, kadar karbon yang rendah tetapi juga menopang kualitas hidup masyarakatnya. Dan kami juga menyoroti isus isu yang lain seperti kemiskinan. Dan isu isu sosial yang lain”

Sebagai langkah awal, para peserta akan mengupayakan agar hasil konferensi Bogor ini, bisa diajukan dalam pertemuan Organisasi Konferesi Islam OKI tahun depan.

Zaki Amrullah

Editor : Ayu Purwaningsih