1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kasus Wikileaks Ibarat Serangan 11/9 terhadap Diplomasi

1 Desember 2010

Sang Monster Glasnost, komentar harian La Repubblica. Sebuah kebohongan memasuki masa pensiun, komentar harian Bulgaria Sega tentang publikasi dokumen rahasia ´diplomasi AS oleh Wikileaks.

https://p.dw.com/p/QNEg
Foto: AP

Mengenai dibongkarnya dokumen-dokumen rahasia oleh Wilileaks mengenai kegiatan diplomasi Amerika Serikat, harian Italia La Repubblica mengomentarinya dengan judul „Sang monster Glasnost“

Hanya mereka yang memiliki gambaran sangat buruk tentang informasi bebas dan independen untuk kasus Wikileaks dapat menyebutnya sebagai “Serangan 11 September terhadap diplomasi”, seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh Menlu Italia Franco Frattini. Hanya mereka yang bermimpi tentang serangan global terhadap pemberitaan, meskipun hal itu sementara ini dan sudah sejak lama tersedia tanpa batas, yang dapat percaya penuh akan aliansi yang kompak menentang kekacauan komunikasi global. Roma, Moskow, Berlin dan Kabul dan upaya bersama melawan internet sedunia, kesannya lebih sepeti babak “Brave New World” karya Aldous Huxleys. Dan tokoh dalam babak itu adalah monster yang takut Glasnost atau transparansi lebih besar, yang tiba-tiba menerobos kawasan abu-abu dalam politik diplomasi.

Sebuah kebohongan memasuki masa pensiun. Demikian komentar harian Bulgaria Sega tentang publikasi dokumen rahasia oleh Wikileaks

"Diungkapnya dokumen-dokumen rahasia itu menihilkan khotbah diplomasi Amerika Serikat. Kepentingan untuk data biometri, kartu kredit dan lalu lintas internet dari mitranya secara ironis dikombinasikan dengan seruan untuk transparansi tanpa batas, masyarakat yang terbuka dan norma-norma demokrasi. Kata-kata yang benar secara politis, tentu saja masih akan lama ditemukan di media, namun sebagai sebuah nilai yang merosot. Kebohongan adalah landasan dalam masyarakat kita. Manipulasinya memiliki berbagai nama dan kode. Protokol, keramahan, keunikan. Di media hal itu disebut berpolitik secara benar, di dalam hubungan antar negara disebut diplomasi. Sebuah kebohongan kini memasuki masa pensiun. Sekarang waktunya untuk menggantikan hal itu dengan sesuatu yang lain.“

Sementara harian Jerman Handelsblatt berkomentar:

"Banyak perusahaan begitu serampangan dalam mengelola informasi-informasi penting. Akibat skandal data beberapa tahun terakhir dan baru-baru ini, tampaknya terlalu gegabah melengkapi sebagian besar komputer di kantor-kantor dengan hard disk, dengan CD drive dan port Stick USB. Paling tidak sejak seorang karyawan bank di Lichtenstein merekam data rekening pelanggan ke CD dan menjualnya kepada badan keuangan Jerman, seharusnya bagi setiap perusahaan menjadi jelas: Komputer yang diperlengkapi secara komplit, berbahaya. Tentu saja para pimpinan bagian IT tahu persis di mana letak kelemahannya. Penyediaan terminal-terminal computer saja jauh lebih aman. Tapi selama ini tampaknya tekanan tidak cukup besar untuk bertindak.

Sang monster Glasnost, demikian komentar harian Italia La Repubblica.

Hanya mereka yang memiliki gambaran sangat buruk tentang informasi bebas dan independen untuk kasus Wikileaks dapat menyebutnya sebagai “Serangan 11 September terhadap diplomasi”, seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh Menlu Italia Franco Frattini. Hanya mereka yang bermimpi tentang serangan global terhadap pemberitaan, meskipun hal itu sementara ini dan sudah sejak lama tersedia tanpa batas, yang dapat percaya penuh akan aliansi yang kompak menentang kekacauan komunikasi global. Roma, Moskow, Berlin dan Kabul dan upaya bersama melawan internet sedunia, kesannya lebih sepeti babak “Brave New World” karya Aldous Huxleys. Dan tokoh dalam babak itu adalah monster yang takut Glasnost atau transparansi lebih besar, yang tiba-tiba menerobos kawasan abu-abu dalam politik diplomasi.

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Setiawan