1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kasus Kecanduan Internet Meningkat

3 Juni 2012

Lebih 500.000 warga Jerman dikategorikan kecanduan internet. Penderitanya menunjukan simptoma seperti kecanduan alkohol atau narkoba. Sebuah generasi kini terancam terinfeksi wabah baru itu.

https://p.dw.com/p/157EI
Foto: picture-alliance/ dpa

Laporan aktual pemerimtah Jerman menyangkut kasus kecanduan menyebutkan, lebih setengah juta warga pada kisaran umur 14 hingga 64 tahun mengidap kecanduan internet. Sekitar 250.000 pecandu internet adalah remaja berusia antara 14 hingga 24 tahun.

Internetsucht Kind Mediensucht Internet
Poster kampanye pencegahan kecanduan internet.Foto: Arne Lichtenberg

Remaja lelaki lebih berisiko kecanduan games internet, papar laporan itu. Tapi yang juga menarik, kaum perempuan lebih banyak yang mengidap kecanduan surifing di jejaring sosial ketimbang lelaki. Lebih 2.5 juta warga Jerman dikategorikan mengalami masalah terkait penggunaan internet.

"Penderitanya menunjukkan gejala yang sama seperti pecandu minuman keras atau narkoba", kata Michael Bender, dokter kepala bagian psikiatri, psikosomatis dan psikoterapi di rumah sakit Rhein-Jura. Banyak pencandu menderita apa yang disebut gejala nagih. Dalam arti, pecandunya merasa tanpa internet mereka tidak punya gairah hidup lagi.

Keluar dari kehidupan nyata

Pecandu internet sering memutus kontak dengan keluarga dan teman-teman dalam dunia nyata. Makan dan tidur tidak lagi jadi kebutuhan prioritas. Ritme kehidupan siang dan malam menjadi terbalik atau tidak jelas lagi batasnya. Pikiran pertama ketika bangun tidur adalah, cepat hidupkan komputer dan segera online.

"Banyak yang menyadari, mereka mengabaikan aktifitas sosial dan kegiatan waktu luangnya. Tapi tidak mampu keluar dari jeratan dunia virtual. Mereka tidak bisa lagi mengendalikan konsumsinya akan internet", kata Bender.

Christoph Möller
Christoph Möller pakar psikiatri anak-anak.Foto: DW

Sebetulnya aktivitas tinggi penggunaan internet, tidak berarti otomati penggunanya dianggap kecanduan. Begitu penjelasan Christoph Möller, dokter kepala di bagian psikiatri anak-anak dan remaja di rumah sakit anak-anak Hannover.

"Yang kritis adalah, jika orang itu menderita atau memicu kerugian, jika ia tidak lagi pergi ke sekolah dan mengabaikan kontak sosial", paparnya.

Seperti pada kasus kecanduan narkoba, para pecandu internet juga seringkali menunjukkan gejala ikutan psikis, seperti depresi atau rasa takut tidak beralasan. Karena itu, penderita terus menerus mencari pemuasan di internet, untuk hal-hal yang dalam dunia real tidak bisa lagi dilakukannya.

Juga tipikal lainnya, orang-orang dengan kecenderungan depresif, akan menenggelamkan diri ke jalur internet, dan di sana mengembangkan kecanduannya. Seringkali pelepasan stress dan perasaan tidak nyaman, dikompensasi dengan intensitas tinggi penggunaan internet.

Belajar bergaul dengan medium internet

Penyakit kecanduan internet, sejauh ini oleh dunia kedokteran belum dianggap jenis penyakit yang berdiri sendiri. Melainkan merupakan bagian dari psikologi dan psikiatri.

"Kami merupakan pionir di bidang ini", kata Möller. Pada 2008 dibuka bagian rawat jalan kecanduan games pertama di seluruh Jerman di rumah sakit untuk kedokteran psikomatis di Universitas Mainz. Saat ini instalasi serupa juga sudah dibuka di berbagai kota di Jerman.

Internetsucht Kind Mediensucht Internet
Bagi remaja surfing internet adalah kegiatan harian dimanapun mereka berada.Foto: Arne Lichtenberg

Para pasien dalam terapi itu harus belajar lagi dari awal, bagaimana bergaul secara sehat dan logis dengan medium internet. Selain itu, pasien juga harus kembali secara sadar menjaga kesehatan tubuhnya serta mencari hobby baru.

Lewat praktek selama masa terapi, sejumlah pasien secara perlahan dapat kemballi berintegrasi ke dunia kerja. Akan tetapi, para pasien sebetulnya bergerak dalam bidang perbatasan amat baur. "Sebab di abad ke 21, baik di bidang kerja maupun secara pribadi, orang tidak bisa lepas dari internet", kata Michael Bender dari rumah sakit Rhein-Jura.

Sementara itu Christoph Möller mengimbau orang tua, agar menyingkirkan komputer dari kamar tidur anak-anak. Sebab anak-anak memerlukan citra pancaindera seluas mungkin bagi perkembangannya. Tapi diakui, di zaman informasi ini tidak selalu mudah bagi orang tua untuk tampil sebagai panutan.

Arne Lichtenberg/Agus Setiawan