1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Yulia Skripal Sudah Meninggalkan Rumah Sakit

10 April 2018

Putri eks agen rahasia Rusia Sergei Skripal diberitakan telah meninggalkan rumah sakit setelah pukih dari serangan agen saraf beracun Novichok. Kondisi ayahnya juga disebut "meningkat pesat."

https://p.dw.com/p/2vm8x
UK Salisbury Untersuchung Nervengasanschlag Skripal - Yulia Skripal
Foto: picture alliance/dpa/Facebook/Yulia Skripal

Yulia Skripal, bersama ayahnya diracuni dengan agen syaraf Novichok di Saliybury, Inggris, bersama ayahnya, telah keluar dari rumah sakit hari Selasa (10/4) dan kini dibawa ke lokasi yang aman, demikian laporan media di Inggris.

Dokter mengatakan kesehatan Yulia, 33 tahun, dan ayahnya Sergei Skripal, 66 tahun, telah membaik dengan cepat selama beberapa minggu terakhir. Keduanya ditemukan dalam kondisi kritis 4 Maret di kota Salisbury, Inggris selatan, setelah diracuni dengan agen saraf yang tampaknya ditujukan pada ayahnya.

Pekan lalu, Yulia Skripal untuk pertama kalinya setelah serangan itu membuat pernyataan publik dan mengatakan, kekuatannya bertambah pulih setiap hari. Ayahnya masih tetap di rumah sakit.

Belum ada bukti yang jelas

Insiden serangan dengan senjata kimia beracun itu telah memicu ketegangan antara Inggris serta aliasinya dengan Rusia, yang dituduh Inggris melakukan serangan itu. Peristiwa itu kemudian berdampak pengusiran diplomat Rusia dari negara-negara Barat, yang dibalas oleh Rusia dengan langkah yang sama.

Inggris menyatakan bahwa kedua korban „kemungkinan besar" diserang dengan racun saraf „bertaraf militer" yang hanya mungkin diproduksi oleh sebuah negara. Inggris lalu menuduh Rusia, mengacu kepada kasus-kasus sebelumnya, di mana bekas agen rahasia Rusia yang lari ke Inggris kemudian terbunuh.

Kasus yang paling mendapat sorotan media adalah serangan terhadap Alexander Litvinenko tahun 2006, yang diracuni dengan Polonium-210. Litvinenko sempat dirawat di rumah sakit, namun meninggal tiga minggu kemudian. Polisi Inggris menuduh seorang warga Rusia, Andrey Lugovoy, berada di balik serangan itu dan menuntut ekstradisinya dari Rusia ke Inggris. Rusia menolak tuntutan itu dengan alasan hal itu bertentangan dengan konstitusinya.

Doppelagent Sergei Skripal
Sergei Skripal di Salisbury, InggrisFoto: picture-alliance/Globallookpress

Perang dingin baru Barat dengan Rusia?

Amerika Serikat dan Uni Eropa dan sejumlah negara pro Barat mendukung langkah Inggris, dan mengusir para diplomat Rusia. Lebioh dari 100 diplomat Rusia harus meninggalkan negara-negara itu. Moskow membalas langkah tersebut dengan mengusir diplomat barat.

Moskow hingga kini tetap membantah terlibat dalam serangan racun terhadap Sergei Skripal dan meminta Inggris menunjukkan bukti-bukti konkret. Rusia bahkan balik menuduh Inggris dan aliansi Barat yang melakukan serangan itu untuk mendiskreditkan Rusia.

"Karena pemerintah Inggris berani menyatakan dengan 'tingkat probabilitas tinggi' bahwa Rusia berada di belakang insiden Salisbury, kami juga, dengan 'tingkat probabilitas yang tinggi' menganggap bahwa badan-badan intelijen negara-negara tertentu berada di belakang provokasi besar ini," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya dalam sebuah sidang Dewan Keamanan PBB. Dia menambahkan, kemungkinan besar kasus ini hanyalah „rekayasa" untuk melemahkan kekuasan Presiden Putin.

hp/rn (rtr, afp)