1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karzai Kehilangan Kredibilitas

21 Oktober 2009

Pemilihan presiden tahap kedua di Afghanistan mungkin tetap dimenangkan Karzai. Tapi belum tentu situasinya jadi lebih baik.

https://p.dw.com/p/KCJw

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung berkomentar:

Karzai telah kehilangan muka di hadapan para pendukungnya. Ia kehilangan kredibilitas di hadapan masyarakat internasional. Karena manipulasi pemilu dalam skala demikian besar tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuannya. Ini aib yang tetap akan melekat padanya, sekalipun ia mungkin memenangkan pemilu tahap kedua secara mencolok. Selain itu perlu dicemaskan, bahwa koordinasi logistik pemilu akan terhambat oleh gencarnya serangan kelompok Taliban. Mereka yang ingin ikut pemungutan suara mempertaruhkan nyawanya. Jika tingkat partisipasi pemilu kedua lebih rendah lagi dari pemilu pertama, maka proses ini memang patut dipertanyakan.

Harian Jerman lain yang terbit di kota Osnabrück, Osnabrücker Zeitung, menulis:

Manipulasi pemilu menjadi tanggung jawab presiden Karzai dan kubu politiknya. Pemilu tahap kedua ini pun sulit disebut sebagai proses demokrasi. Siapa yang ketahuan melakukan manipulasi, namun tidak mendapat sanksi apa-apa, akan mencobanya lagi dengan cara yang lebih cerdik. Golongan atas di Kabul terdiri dari para elit yang korup. Kenyataan ini memperjelas kegagalan negara-negara Barat dalam upaya membangun kembali negara yang hancur oleh perang ini menuju masa depan yang lebih baik. Ini konsekuensi pahit dari kegagalan PBB membangun lembaga-lembaga kenegaraan. Jerman juga hanya mengirim beberapa tenaga pendidik kepolisian, dan Italia tidak menepati janji membantu pembenahan lembaga peradilan. Sekarang, Taliban mengepung ibukota Kabul. Pada pemilu tahap pertama, tingkat partisipasi jauh di bawah 40 persen. Dua minggu depan, tingkat partisipasi boleh jadi lebih rendah lagi. Sebagian karena takut, sebagian karena frustasi pada para politisi yang korup.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung melihat perkembangan di Afghanistan sebagai peringatan pada NATO agar bekerja lebih serius lagi:

Presiden Hamid Karzai, yang dulu didukung Barat, sudah kehilangan kredibilitas, sekalipun ia nanti memenangkan pemilu penentuan. Pemerintahan baru Afghanistan, yang seharusnya mengambil alih lebih banyak tugas dari pasukan internasional, tidak punya legitimasi yang cukup. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa berulangkali menerangkan, bahwa di samping keberhasilan militer, harus ada kredibilitas politik di Afghanistan. Sekarang mereka berdiri di depan puing-puing politiknya. Perkembangan ini harus jadi peringatan bagi negara-negara NATO untuk meninjau kembali strateginya di Afghanistan. Hanya dengan partisipasi penuh, Afghanistan bisa dipertahankan dari serangan Taliban.

Harian Italia Corriere della Sera menyoroti keraguan presiden Amerika Serikat Barack Obama:

Peninjuan kembali politik Afghanistan di Amerika Serikat sudah berlangsung sebulan lebih. Keputusannya berulang kali ditunda karena dihambat oleh pejabat pemerintahan, atau karena masih ada tuduhan manipulasi pemilu, yang dijadikan semacam alibi untuk menutupi keraguan Obama dalam mengambil keputusan. Tapi sekarang, alibi ini tidak ada lagi. Obama harus mengambil keputusan. Ia harus memilih salah satu strategi. Penambahan ribuan pasukan seperti yang diusulkan oleh Jendral Stanley McChrystal, atau usulan wakil presiden Joe Biden yang didukung kubu demokrat di kongres. Yaitu tidak menambah, melainkan mengurangi pasukan, lalu berkonsentrasi pada perang melawan Al Qaida di perbatasan ke Pakistan.

HP/DGL/dpa/afp