1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kampanye Pengumpulan Senjata di Libya

Peter Steffe1 Oktober 2012

Ratusan warga Libya menyerahkan senjata mereka, mengikuti seruan pimpinan baru. Ini upaya pemerintah untuk membubarkan kelompok milisi era perang melawan rezim Gaddafi.

https://p.dw.com/p/16I0W
Foto: picture-alliance/dpa

Presiden Libya Mohamed al Megaryef baru-baru ini mengumumkan akan membubarkan milisi yang terbentuk saat perang melawan rezim Gaddafi. Mereka dianggap bertanggung jawab atas serangan maut ke kedutaan Amerika Serikat di Benghazi.

Sejak Sabtu (29/10), ratusan warga Libya mulai menyerahkan senjata yang tersisa dari perang tahun lalu. Ini bagian dari upaya negara untuk membersihkan jalanan Libya dari senjata dan membubarkan kelompok milisi yang masih bergerilya.

Para pimpinan baru Libya kesulitan menerapkan otoritas. Selain itu banyak warga Libya yang mulai muak dengan milisi yang terbentuk saat perang menumbangkan rezim Gaddafi. Beberapa kelompok milisi masih berpatroli di jalanan dan sering mengambil alih penerapan hukum.

Dampak dari serangan di Benghazi

11 September lalu, serangan terhadap konsulat AS di Benghazi menewaskan duta besar AS dan tiga warga AS. Sebagai reaksinya, terjadi protes anti milisi di befrbagai kota pada pekan lalu. Pemerintah dipaksa untuk menegaskan otoritasnya dan mengatasi perasaan tidak aman di kalangan warga.

Sejak itu, pemerintah mengambil langkah paralel untuk membubarkan kelompok-kelompok milisi yang masih beroperasi tanpa ijin pemerintah dan di waktu bersamaan menawarkan dukungan publik bagi kebanyakan kelompok bersenjata yang paling berkuasa dan memiliki ijin resmi. Tujuannya antara lain untuk membentuk pasukan keamanan yang lebih kuat.

Awal baru bagi Libya

Di Libya saat ini diperkirakan beredar sekitar 200.000 pucuk senjata peninggalan perang melawan rezim Gaddafi. Seorang organisator mengatakan sejauh ini telah diserahkan lebih dari 800 pucuk senjata ringan, 200 granat, sejumlah rokot dan bazooka serta lebih dari 20.000 butir peluru.

Jumlah ini hanya sebagian kecil dari senjata yang dijarah dari gudang amunisi milik Muammar Gaddafi. Namun, inisiatif ini dianggap sebagai langkah maju di negara yang sebagian besar warganya menganggap memegang senjata adalah cara untuk mengamankan dirinya.

Kampanye pelucutan senjata adalah kerjasama antara militer dan stasiun televisi swasta yang mengumpulkan dukungan melalui siaran langsung dari Tripoli dan Benghazi. Organisator di kedua kota mengatakan, acara semacam ini akan digelar di kota-kota lain juga. Warga dibujuk dengan iming-iming undian hadiah utama berupa mobil di akhir hari pengumpulan senjata.