1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kalau Cawapres Mendebatkan Kesehatan

30 Juni 2009

Debat cawapres kedua, masih tetap kurang menggigit. Dengan topik pelayanan kesehatan, pembahasan para calon cenderung abstrak.

https://p.dw.com/p/IeRI
Foto: AP

Seluruh Cawapres mengakui minimnya anggaran menjadi penghalang utama pelayanan kesehatan Indonesia. Hingga saat ini, anggaran kesehatan hanya berkisar 4 hingga 5 persen dari APBN. Untuk itu, Cawapres nomor urut 1, Prabowo Subianto, menjanjikan anggaran raksasa sekitar 15 trilyun Rupiah untuk asuransi kesehatan menyeluruh dengan antara lain meminta penangguhan pembayaran utang luar negeri. Calon wakil presiden nomor urut tiga, Wiranto, yang berpasangan dengan capres Jusuf Kalla tidak menunjukkan perbedaan pandangan. Ia menjanjikan pencapaian lebih cepat. Namun dasar yang dikemukakannya lebih pada kemauan politik.

Adapun cawapres nomor urut dua, Budiono, yang merupakan pendamping Susilo Bambang Yudhoyono, menyebut apa yang ditawarkan kedua pesaingnya itu sekadar mimpi belaka. Mengingat sulitnya memperoleh dana trilyunan untuk menopang program itu secara cepat. Sebaliknya, Budiono menawarkan program membangun sistem jaminan sosial secara bertahap, dengan mempersiapkan model tahapannya pada 2010.

Di luar perdebatan cawapres, Ketua Yayasan Perlindungan Kesehatan Konsumen Indonesia Marius Widjaja mengatakan, kesulitan anggaran itu seharusnya bisa diatasi dengan mengubah pembiayaan kesehatan, menggunakan sistem asuransi.

Lebih jauh Marius Widjaja memandang, sebetulnya sudah terjadi sejumlah kemajuan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Seperti turunnya harga obat generik hingga 90 persen, aturan mengenai labelisasi obat yang bisa mencgah obat palsu. ketegasan soal berbahayanya sejumlah bahan seperti melamin, hingga program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jakesmas. Namun ia mengkritik pelaksaan Jamkesmas yang masih rawan penyelewengan, karena Departemen Kesehatan menjalankan program itu tanpa pengawasan.

Menurut berbagai catatan, saat ini sekitar 100 juta masyarakat, hidup tanpa jaminan kesehatan.

Zaki Amrullah

Editor: Ging Ginanjar