1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Joe Biden Telepon Raja Salman, Tak Bahas Kematian Khashoggi

26 Februari 2021

Presiden AS Joe Biden telah berkomunikasi dengan Raja Arab Saudi, Raja Salman, tetapi pembicaraan tersebut tampaknya tidak membahas secara rinci laporan intelijen AS tentang kematian jurnalis Jamal Khashoggi.

https://p.dw.com/p/3pwp9
Seorang petugas polisi Turki berjalan melewati foto Jamal Khashoggi
Jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi tewas di Istanbul, Turki pada 2018Foto: picture-alliance/AP Photo/L. Pitarakis

Dalam sebuah pernyataan terkait komunikasi yang terjalin antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Raja Saudi Salman pada hari Kamis (25/02), Gedung Putih tidak menyebutkan pembahasan temuan intelijen AS tentang pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018.

Rilis laporan kematian Khashoggi diyakini bisa menjadi gangguan bagi hubungan Washington dan Riyadh.

Apa yang diharapkan dari laporan kematian Khashoggi?

Laporan intelijen AS diperkirakan memilih Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebagai salah satu pihak yang menyetujui pembunuhan jurnalis senior pengkritik pemerintah Saudi, Jamal Khashoggi.

Khashoggi terbunuh di konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober 2018. Saudi menghukum lima orang, masing-masing 20 tahun penjara atas pembunuhan tersebut.

Media setempat melaporkan bahwa badan-badan intelijen AS pada 2018 menyimpulkan bahwa Pangeran Saudi kemungkinan besar merupakan orang yang memerintahkan pembunuhan tersebut, meskipun temuan semacam itu tidak pernah dirilis secara resmi.

Apa yang dibicarakan Biden dan Raja Salman?

Alih-alih membahas laporan intelijen AS tentang kematian Khashoggi, Gedung Putih mengatakan Biden dan Raja Salman berdiskusi mengenai "kemitraan jangka panjang" kedua negara.

Dikatakan, Presiden AS menyambut baik pembebasan tahanan politik kerajaan, termasuk pengacara hak perempuan Loujain al-Hathloul. Mereka juga membahas "aktivitas destabilisasi Iran dan dukungannya untuk kelompok teroris" di Timur Tengah.

Pembicaraan tersebut kontras dengan janji Biden saat mencalonkan presiden, untuk menjadikan Arab Saudi "paria" atas pembunuhan Khashoggi.

Pangeran Mohammed bin Salman
Pangeran Mohammed bin Salman telah mengkonsolidasikan kekuasaan sejak ayahnya menjadi raja pada tahun 2015Foto: picture-alliance/AP Photo/C. Owen

Mengapa laporan itu penting?

Pengakuan atas keterlibatan sang pangeran akan membayangi gangguan dalam hubungan antara AS dan sekutu paling signifikannya di dunia Arab, Arab Saudi. Hubungan antara keduanya terjalin erat di bawah pendahulu Biden, Donald Trump.

Trump sangat berhati-hati dalam mengkritik Saudi tentang hak asasi manusia, terutama atas pembunuhan Khashoggi.

Pengkritik Pangeran Mohammed - termasuk kelompok hak asasi yang didirikan oleh Khashoggi - ingin presiden AS mendukung retorika keras masa lalu tentang Arab Saudi. Mereka menginginkan sanksi atau tindakan keras lainnya yang akan menargetkan dan mengisolasi sang pangeran.

Namun mereka khawatir Biden hanya akan memilih kecaman dan menghindari kebuntuan abadi dengan Saudi yang dipandang sebagai mitra strategis, mengingat cadangan minyak yang besar dan persaingan regional dengan Iran.

Siapa sosok Pangeran Mohammed bin Salman?

Mohammed bin Salman atau biasa dijuluki MBS, telah mengkonsolidasikan kekuasaan sejak ayahnya, yang kini berusia 80-an, menjadi raja pada 2015.

Kritikus menyalahkan pangeran atas pemenjaraan dan dugaan penyiksaan terhadap pembela HAM, pengusaha, dan bangsawan lainnya di dalam negeri. Dia juga diyakini berada di balik perang yang menghancurkan Yaman dan blokade ekonomi terhadap Qatar.

ha/hp (AFP, AP, dpa, Reuters)