1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Joe Biden Mendukung Perundingan Tidak Langsung Israel-Palestina

9 Maret 2010

Dalam lawatannya di Israel, Biden memulai pembicaraannya hari Selasa (08/03), dalam mempersiapkan landasan kelanjutan perundingan perdamaian Israel-Palestina yang terhenti sejak lebih dari setahun yang lalu.

https://p.dw.com/p/MNqa
Presiden Israel Shimon Peres (kiri) bersama Wakil Presiden AS Joe BidenFoto: AP

Wakil Presiden Amerika Serkat Joe Biden kembali menegaskan komitmen Washington pada Israel mengenai keamanan Israel. Ia juga menyatakan bahwa kesepakatan dilanjutkannya perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina merupakan momentum bagi peluang nyata terciptanya perdamaian.

Dalam pertemuannya dengan Presiden Israel Shimon Peres, Joe Biden mengungkapkan harapannya bahwa 'pembicaraan tidak langsung' dapat menjadi instrumen yang menghapuskan ketidakpercayaan yang sudah tertanam dalam beberapa tahun terakhir.

"Menurut saya, kepentingan rakyat Israel dan Palestina, jika direnungkan lebih mendalam, sebenarnya berada di sisi yang sama dan bukannya berseberangan," demikian ditambahkan Biden.

Biden merupakan pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Israel dan Tepi Barat Yordan sejak Barack Obama dilantik sebagai presiden setahun lalu. Dalam lawatannya di Israel, Biden juga dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemimpin kubu oposisi, Tzipi Livni.

Tema pembicaraan yang sangat menarik bagi Israel sebenarnya sengketa atom Iran. Berbeda dengan pendahulunya, Obama menekankan tidak berencana menyerang Iran dan lebih memilih menerapkan sanksi berat terhadap pemerintah di Teheran. Netanyahu juga mendesak diberlakukannya sanksi berat, yaitu melumpuhkan ekspor minyak dan gas bumi Iran.

Dalam jumpa pers bersama di Yerusalem, Biden menekankan bahwa Iran semakin terisolasi dari dunia luar dan jumlah sahabatnya semakin berkurang. Netanyahu dalam kesempatan yang sama mendesak pemerintah di Washington untuk mengisolasi Iran dan melindungi Israel dari ancaman senjata nuklir dan peluru kendali Iran.

Hari Rabu (10/03), Biden akan berangkat ke Ramallah di Tepi Barat Yordan dan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Otonomi Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Salam Fayyad. Selain itu, Biden juga berencana bertemu dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang kini menjadi utusan khusus kelompok kuartet Timur Tengah.

Israel dan Palestina sebelumnya sudah menyetujui diadakannya 'pembicaraan tidak langsung' yang didukung AS. Meski terdapat sikap skeptis terhadap prospek keberhasilan perundingan itu.

Perundingan langsung antara kedua pihak yang bertikai mengalami kemacetan sejak Israel melancarkan invasi besar-besaran ke Jalur Gaza awal tahun 2009, walau pun AS berupaya keras menghidupkan kembali perundingan itu.

Utusan khusus AS di Timur Tengah, George Mitchell, beberapa waktu lalu menghabiskan waktu membuka jalan bagi perundingan tidak langsung, dan berencana akan kembali ke Timur Tengah pekan depan.

Namun, kunjungan Biden ke Israel bersamaan dengan dikeluarkannya keputusan pembangunan 112 unit perumahan baru di permukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan. Aksi ini memicu kemarahan besar Palestina yang menuntut penghentian total pembangunan permukiman Yahudi.

Israel mengatakan, proyek pembangunan di permukiman Beitar Illit dekat Bethlehem merupakan pengecualian dari penghentian sebagian pembangunan permukiman yang diumumkan pemerintah Israel November 2009 lalu.

Biden, yang didampingi istrinya Jill, akan melanjutkan kunjungan ke Yordania hari Kamis (11/03) dan direncanakan bertemu dengan Raja Abdullah II.

LS/AS/rtr/afp/dpa