1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Tidak berharap Banyak dari KTT Iklim Kopenhagen

17 November 2009

Kanselir Merkel akan berangkat sendiri ke Kopenhagen, Denmark, untuk berusaha mencapai hasil maksimum bersama mitra Eropanya. Namun Merkel tidak memperhitungkan tercapai perjanjian mengikat pengganti Protokol Kyoto.

https://p.dw.com/p/KZ32
Topeng Angela Merkel yang digunakan para peserta demonstrasi "Dicari Kanselir Iklim" pada hari aksi iklim (24/10) di BerlinFoto: Giulia Carboni

Kanselir Jerman Angela Merkel tidak puas dengan persiapan untuk pertemuan puncak iklim di Kopenhagen. Wakil jurub icara pemerintah Jerman, Christoph Steegmans, mengatakan, hasil dari pertemuan APEC untuk tema perlindungan iklim tidak menimbulkan kegembiraan di Berlin. Meskipun demikian Merkel akan berangkat ke Kopenhagen Desember mendatang, untuk mengusahakan agar pertemuan iklim tersebut masih dapat sukses.

Akhir pekan lalu dalam pertemuannya di Singapura, negara-negara anggota Forum Ekonomi Asia Pasifik APEC memperlemah sasarannya dalam perlindungan iklim. Tujuan mengurangi 50 persen emisi gas rumah kaca sampai tahun 2050 yang dipandang para ilmuwan sangat penting, tidak lagi dilanjutkan.

Menurut pandangan Partai Hijau Jerman pemerintah di Berlin ikut bersalah dalam kemunduran ini. Mereka tidak mendesak agar Uni Eropa memberikan kepastian dan kewajiban yang mengikat. Demikian dikatakan Ketua Partai Hijau Cem Özdemir.

Sementara ketua baru Partai Sosial Demokrat Jerman Sigmar Gabriel merasa terkejut terhadap ancaman kegagalan dalam pertemuan puncak iklim. Kepada radio Deutschlandfunk mantan menteri lingkungan Jerman itu mengatakan, bahwa ini adalah tantangan terbesar dalam kehidupan manusia tapi mereka tidak bersedia untuk menghadapi tantangan tersebut.

Meskipun adanya kemunduran, Kanselir Merkel tetap pada tujuannya, menjadikan pertemuan puncak iklim di Kopenhagen sebagai batu landasan dan langkah pertama menuju sebuah kesepakatan tahun 2010 depan. Demikian dikatakan juru bicara Steegmans di Berlin.

Bettina Marx/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk