1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Sambut Kesepakatan WTO di Bali

Christian Ignatzi9 Desember 2013

Kalangan ekonomi menyambut kesepakatan WTO yang disebut Paket Bali penuh optimisme. Jerman berharap, kesepakatan itu akan mendongkrak pasar ekspor dalam lima tahun depan.

https://p.dw.com/p/1AVHk
Foto: SONNY TUMBELAKA/AFP/Getty Images

Kamar Dagang dan Industri Jerman DIHK berharap, kesepakatan Paket Bali akan mendorong peningkatan bisnis bernilai miliaran. "Kami berhadap akan ada peningkatan bisnis Jerman senilai 60 miliar Euro dalam lima tahun setelah perjanjian ini berlaku", kata Ketua DIHK Volker Treier di Berlin. Menteri Ekonomi Philipp Rösler juga menyambut kesepatan dalam konferensi WTO di Bali dan menerangkan: "Ini adalah kabar baik bagi bisnis ekspor Jerman".

Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menyatakan, Paket Bali adalah "dorongan penting" bagi perekonomian. Menurut Barroso, dengan adanya liberalisasi perdagangan, perekonomian dunia akan meningkat secara keseluruhan dengan pesat.

Menteri Perdagangan India Anand Sharma yang sampai detik-detik terakhir terlibat perundingan alot menerangkan, Paket Bali adalah juga kemenangan bagi para petani India. "Selama perundingan terbentuk koalisi antara negara-negara berkembang, yang berhasil menghadapi tekanan dan menunjukkan solidaritas." Kesepakatan di Bali memberikan kekecualian pada India untuk memberi subsidi yang tinggi bagi bahan pangan untuk rakyat miskin.

Kalangan ekonomi optimis

Asosiasi Kamar Dagang International ICC menyebut Paket Bali sebagai sebuah "perjaniian bersejarah". Dengan berbagai kemudahan pajak dalam ekspor dan impor diharapkan ada penurunan biaya sampai 15 persen bagi perusahaan. Impuls ekonomi yang muncul dari Paket Bali bisa menciptakan sampai 21 juta lapangan kerja baru, kebanyakan di negara berkembang, demikian disebutkan.

Kamar Dagang Amerika Serikat menekankan, kesepakatan yang dicapai dalam konferensi WTO di Bali akan memperkuat organisasi itu. "WTO berhasil menunjukkan kredibilitasnya sebagai forum utama dalam perundingan perdagangan dunia". Selanjutnya disebutkan, kemudahan dalam lalu lintas barang dan penghapusan birokrasi akan menjadi dorongan besar bagi perekonomian dunia.

Sekretaris Jendral WTO Roberto Avezedo terlihat sangat gembira dengan keberhasilan konferensi Bali. "Untuk pertama kalinya dalam sejarah WTO, kami memenuhi jani", katanya. Ketua Panitia, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menegaskan, apa yang telah dicapai di Bali adalah sesuatu yang istimewa.

Kritik dari NGO

Beberapa kalangan NGO mengeritik kesepakatan di Bali yang mereka anggap mengorbankan kepentingan petani kecil di negara berkembang. Organisasi bantuan Jerman "Brot für die Welt" tertutama mengeritik kekecualian yang hanya diberikan kepada India. "Mengapa tidak ada negara lain selain India, yang boleh memberi subsidi kepada petani kecil untuk memerangi kelaparan, ini sulit dimengerti." Kesepakatan Bali menunjukkan bahwa "WTO bukan forum yang tepat untuk mencapai kesepakatan global dalam isu keamanan pangan."

Jaringan NGO India Right to Food Campaign menyebut kompromi yang dicapai di Bali tidak memadai. Subsidi pangan yang hanya menjadi kekecualian bagi India menunjukkan "kebangkrutan prinsip perdagangan bebas."

Organisasi bantuan Oxfam menyatakan, kesepakatan Bali memberi waktu bagi negara-negara berkembang untuk "menarik napas". Tapi Oxfam tidak melihat ada perubahan besar. Sebab keuntungan hanya akan dinikmati oleh negara industri, sedangkan negara berkembang harus mengeluarkan biaya besar.