1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Pionir Penghentian Energi Nuklir

31 Mei 2011

Jerman kini menjadi pionir dalam penghentian penggunaan energi atom untuk tujuan damai. Reformasi yang diputuskan kanselir Angela Merkel itu amat spektakuler.

https://p.dw.com/p/11RPg
Aktivis anti energi atom menggelar demonstrasi di Jerman untuk menekan pemerintah segera menghentikan operasi PLTN.Foto: dapd

Pengumuman pemerintah Jerman, untuk menghentikan pengoperasian pembangkit energi nuklir menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian liberal Italia La Stampa dalam tajuknya berkomentar : Untuk kedua kalinya dalam 11 tahun terakhir, Jerman hari Senin (30/5) memutuskan, akan menutup seluruh pembangkit listrik tenaga nuklirnya hingga tahun 2022. Reformasi yang diumumkan Angela Merkel, sebetulnya mengcopy hampir seluruh target yang ditetapkan tahun 2000 lalu oleh pendahulunya, Gerhard Schröder. Padahal target itu, baru tujuh bulan lalu dibatalkan kembali oleh Merkel, ketika pemerintahannya memperpanjang masa berlakunya operasi PLTN hingga tahun 2036. Sekarang, pemerintah Jerman kembali ke target lama, dan menjadi negara industri maju pertama yang membuka jalan, untuk sebuah masa depan tanpa PLTN. Dan dengan itu menjadikannya sebagai model bagi negara lainnya.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung berkomentar senada : Jerman memutuskan perombakan mendasar yang lebih dipercepat di sektor pemasokan energi, yang diupayakan kanselir Angela Merkel setelah bencana atom di Fukushima. Akan tetapi hal itu tidak dapat disebut sebagai reformasi mendasar di bidang politik energi. Karena pemerintahan koalisi Kristen-Liberal, tidak menggugat secara mendasar keputusan penghentian produksi energi atom yang ditetapkan kanselir sebelumnya, Gerhard Schröder. Yang diputuskan akhir tahun lalu hanya sekedar perpanjangan masa beroperasinya PLTN. Tapi jika dilihat dalam tatanan internasional, Jerman memang memainkan peranan sebagai pionir. Yakni sebagai negara industri penting yang pertama dan sejauh ini satu-satunya, yang dalam waktu singkat menetapkan pemasokan energi tanpa kontribusi energi nuklir.

Harian konservatif Perancis Le Figaro mengomentari lebih kritis keputusan pemerintah Jerman untuk keluar secepatnya dari ketergantungan energi nuklir itu. Perubahan arah dari kanselir Angela Merkel dalam pemanfaatan sipil energi nuklir amat spektakuler. Alasan untuk itu, adalah dobrakan Partai Hijau dalam pemilu regional di Jerman. Ini adalah perhitungan taktis dengan memandang pada pemilu Jerman tahun 2013. Menimbang merosot drastisnya perolehan suara partai Liberal yang kini menjadi mitra koalisinya, Merkel mengincar koalisi dengan Partai Hijau. Perubahan arah politik semacam itu berlaku di seluruh Eropa. Artinya, kini mau tidak mau pemanfaatan energi terbarukan harus didukung, dan dimana-mana dicari kemungkinan penghematan energi. Tentu saja kita harus memanfaatkan teknologi baru, dengan alasan untuk kebaikan. Dan jangan melupakan bakal adanya beban biaya tambahan, dari sebuah keputusan tergesa-gesa menarik diri dari sebuah cabang industri berbobot cukup penting.

Terakhir harian liberal Austria Der Standard juga menulis komentar senada : Tentu saja Fukushima bukan alasan utama Merkel untuk melakukan reformasi. Bencana di Jepang hanyalah alasan baginya untuk melakukan perubahan haluan 180 derajat. Sebab, Merkel mula-mula sedikit meremehkan rakyatnya, yang tidak menghendaki perpanjangan masa operasi PLTN. Hal itu memicu Partai Hijau memenangkan sejumlah pemilu negara bagian dengan perolehan suara luar biasa. Angela Merkel lebih takut menghadapi sisa masa jabatannya, ketimbang sisa waktu operasi PLTN. Ia ibaratnya hendak merebut kembali angin yang meniup layar Partai Hijau hingga terkembang sepenuhnya.

Agus Setiawan/dpa/afp

Editor : Dyan Kostermans