Jerman Harapkan Dukungan Suriah Bagi Perdamaian
24 Mei 2010Suriah kesal terhadap Barat. Beberapa negara Eropa menganggap tuduhan Israel atas Suriah sebagai fakta, dan mengikuti AS yang mendakwa Suriah.
Kegusaran Suriah
Demikian keluhan pemerintah di Damaskus. Presiden Bashar al Assad, yang belakangan ini sangat sering menerima kunjungan politisi Barat, juga menunjukkan protes Suriah dengan jelas kepada Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner, yang datang ke Suriah hampir bersamaan dengan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle.
Kemungkinan besar Westerwelle juga harus mendengarkan kekesalan itu. Menteri Luar Negeri Suriah Walid al Mouallem menampik dengan kasar tuduhan, bahwa negaranya mendukung Hisbullah dengan pasokan senjata dan roket jarak jauh. Bagi Barat Hisbullah adalah organisasi teror, sedangkan di sebagian besar negara Timur Tengah, organisasi itu dianggap gerakan perlawanan. Menlu Walid al Mouallem memberikan reaksi dengan mengajukan pertanyaan, "Apakah Israel berhenti mempersenjatai diri?“
Suriah Sangat Dibutuhkan
Westerwelle mengelak memberikan tanggapan atas perkataan Walid al Mouallem. Menlu Jerman itu tidak mau merusak apa pun, yang mulai berkembang dengan kontak awal di bidang ekonomi dan mendorong pendekatan di bidang politik. Selama bertahun-tahun Jerman dan Suriah bungkam sepenuhnya. Westerwelle juga tahu, tanpa Suriah penghidupan kembali proses perdamaian Timur Tengah, yang sangat didambakan, tidak mungkin tercapai.
Ia mengatakan, "Suriah adalah faktor yang sangat penting bagi stabilitas di seluruh kawasan Timur Tengah. Oleh sebab itu Suriah adalah mitra dialog yang sangat penting bagi Jerman, seperti halnya bagi partner-partner Jerman di Eropa dan pihak-pihak lain yang berperan di Kuartet Timur Tengah. Siapa pun yang menginginkan perkembangan positif di Timur Tengah harus mengadakan pembicaraan dengan Suriah.“
Ancaman Israel
Suriah menyadari posisinya sepenuhnya, dan di Timur Tengah negara itu mendapat dukungan karena sikapnya yang tegas. Mengingat adanya latihan militer Israel besar-besaran, negara-negara Arab di sekitarnya khawatir akan adanya perang baru. Menlu Suriah menyatakan hal itu dengan jelas kepada Menlu Jerman.
Walid al Mouallem mengatakan, "Israel mulai menabuh genderang perang. Sekarang timbul pertanyaan, apakah Israel siap berperang atau berdamai? Teman-teman kami di Eropa mengatakan akan melakukan segalanya untuk mendorong perkembangan yang damai. Kami mengikuti resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan prinsip "daerah untuk perdamaian". Tetapi kami juga harus menyadari bahaya.“
Dukungan untuk Pembicaraan dengan Israel
Suriah dengan jelas mendukung dimulainya kembali pembicaraan tidak langsung tentang perdamaian dengan Israel, di mana Turki menjadi penengahnya. Pembicaraan tidak langsung itu terhenti akibat serangan Israel terhadap Jalur Gaza, Desember 2008 lalu yang berlangsung hingga awal 2009.
Menlu Suriah Walid al Mouallem mengatakan hal itu sebagai tanggapan bagi upaya Jerman dan Eropa untuk memberikan dorongan. Negaranya juga mengharapkan dukungan. Pada akhir lawatan tiga harinya di Timur Tengah, tampaknya Westerwelle lega karena berhasil mengakhiri kunjungan di Suriah tanpa kerugian apa pun.
Ulrich Leidholdt / Marjory Linardy
Editor: Christa Saloh