1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Dipuji Sebagai Motor Penggerak Euro

Agus Setiawan8 September 2011

Krisis utang di zona Euro hanya dapat diatasi dengan integrasi lebih erat Eropa.

https://p.dw.com/p/12VNL
Krisis utang di zona Euro disimbolkan dengan mata uang Euro yang retak dilatar belakangi bendera Uni Eropa.Foto: picture alliance / Bildagentur-online/Ohde


Pers Internasional kali ini menyoroti ulasan dalam tajuk harian internasional mengenai berbagai topik paling hangat sepekan ini. Tema krisis utang di zona mata uang Euro, tetap menjadi topik utama yang dikomentari dalam tajuk sejumlah harian Eropa. Langkah Jerman dengan vonis positif dari Mahkamah Konstitusi dan dukungan dari kanselir Angela Merkel terhadap lembaga payung penyelamat Euro, dikomentari positif oleh harian liberal kanan Spanyol El Mundo. Harian yang terbit di Madrid itu menulis tajuk berjudul : Jerman mengambil alih peranan pimpinan dalam perang membela Euro. Jerman kini menjadi motor penggerak yang amat diperlukan oleh pasar yang sedang keruh. Vonis Mahkamah Konstitusi dan dukungan Angela Merkel bagi mata uang Euro merupakan dua berita amat bagus, yang memicu bursa bereaksi segera, dengan kenaikan nilai tukar. Kemajuan perkembangan bagi integrasi Eropa, merupakan satu-satunya jalan untuk mengatasi krisis utang. Kini kita mengetahui, bahwa mata uang Euro hanya dapat memiliki masa depan, jika Uni Eropa juga diperkuat. Hal ini, disukai atau tidak, hendaknya dilaksanakan di bawah pimpinan Jerman.

Juga harian konservatif Perancis Le Figaro berkomentar senada. Harian yang terbit di Paris itu menulis : Jika Mahkamah Konstitusi Jerman menerima gugatan kelompok yang skeptis pada mata uang Euro, hal itu dapat berdampak fatal pada masa depan mata uang bersama tsb. Diskusi di Jerman telah memilih irama yang berbeda. Berbulan-bulan lamanya hanya terdengar imbauan untuk melakukan penghematan. Tapi kini semakin mencuat suara yang menuntut untuk secara serius memperkuat integrasi Eropa. Inilah satu-satunya pemecahan yang sebenarnya dari krisis utang. Jerman kelihatannya menyadari, bahwa negara ini tidak dapat lepas dari Euro. Integrasi Eropa mungkin kini akan memperoleh dinamika baru.

Tema utama lainnya yang disoroti dalam tajuk harian internasional adalah terungkapnya kerjasama antara dinas rahasia negara-negara barat dengan rezim penguasa Libya, Muammar al Gaddafi. Harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung dalam tajuknya berkomentar : Penuh kebohongan, munafik dan berlidah bercabang. Banyak sekali istilah yang dapat menggambarkan sikap dinas rahasia barat terhadap rezim di Libya. Sejumlah negara, yang kini memberikan pujian setelah tumbangnya Gaddafi, terbukti beberapa bulan lalu masih menjalin kerjasama erat dengan penguasa Libya tsb. Dokumen rahasia yang kini muncul, hanya menegaskan hal itu. Bertahun-tahun lamanya, kelihatannya negara-negara barat tidak memiliki masalah, mendukung sebuah rezim yang menindas rakyatnya sendiri. Kerjasamanya berlandaskan serangkaian tindakan buruk, yang memicu tuduhan dilakukannya penyiksaan oleh CIA dalam perang anti-teror. Atau juga dukungan bagi penguasa lalim lainnya di kawasan bersangkutan. 

Harian liberal kiri Inggris Independent yang terbit di London, dalam tajuknya menuntut pengawasan lebih ketat terhadap dinas rahasia. PM David Cameron berjanji, akan mengusut aktivitas dinas rahasia Inggris di Libya. Akan tetapi, kerjasama di masa lalu, tidak akan dapat dibereskan secara gampang. Misalnya saja, untuk membela citra Inggris dan pengakuan kedaulatan serta bagi diplomasi Inggris, amatlah penting dijelaskan secara rinci, seerat apa pemerintah atau lembaga pemerintah bekerjasama dengan presiden AS, George W. Bush dan perangnya melawan teror setelah serangan 11 September. Juga harus dijelaskan, sejauh mana hal itu diselewengkan. Bahwa pengusutan semacam itu amat perlu dilakukan, menunjukan, betapa lemahnya pengawasan terhadap dinas rahasia.

Tema terakhir yang juga menjadi sorotan pers internasional pekan ini adalah krisis diplomatik antara Turki dan Israel, terkait serangan militer Israel terhadap kapal Mavi Marmara yang menyebabkan tewasnya sejumlah warga Turki. Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung berkomentar : PM Israel, Benjamin Netanyahu menunjukkan ia tidak peduli. Tidak ada sesuatu, dimana Israel harus meminta maaf kepada Turki. Pemerintah di Yerusalem dengan itu berada di jalan yang lurus, untuk kehilangan mitra terpentingnya di dunia Islam. Seolah-olah Israel tidak memiliki cukup banyak masalah. Menimbang badai yang menerpanya di PBB, Israel sebetulnya membutuhkan dukungan, dari semua pihak yang dapat diraihnya. Selambatnya, jika PLO sukses dengan permohonannya, dan PBB menerima Palestina sebagai negara anggota, hal itu akan menyebabkan Israel semakin terkucil. Harga yang harus dibayar, dengan tidak meminta maaf kepada Turki, amat mahal bagi Israel.

 

Agus Setiawan/dpa/afp

Editor : Vidi Legowo