1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

060811 Hiroshima Gedenken

6 Agustus 2011

Bertepatan dengan Peringatan Bom Atom Hiroshima, Jepang mempertanyakan keamanan penggunaan energi atom untuk tujuan damai. Walikota Hiroshima juga menyerukan perubahan kebijakan energi.

https://p.dw.com/p/12CBU
Monumen Peringatan Bom Atom Hiroshima
Monumen Peringatan Bom Atom HiroshimaFoto: picture-alliance/dpa

Upacara peringatan 66 tahun peristiwa bom atom Hiroshima dilakukan seperti biasanya, dengan dihadiri banyak orang. Kali ini, upacara peringatan itu juga dilakukan orang-orang di sekitar kawasan reaktor Fukushima I yang rusak beberapa waktu lalu akibat gempa. Dalam deklarasi perdamaian, Walikota Kazumi Matsui mengimbau tidak hanya untuk menghentikan penggunaan senjata nuklir di seluruh dunia, tapi juga perubahan dalam kebijakan energi.

"Bencana reaktor Tepco Fukushima I dan ancaman bahaya radiasi radioaktif yang terus berlanjut menyebabkan ketakutan besar bagi warga di sekitar kawasan bencana dan di mana saja. Kepercayaan orang Jepang pada energi nuklir telah rusak. Peringatan bahwa energi atom dan kemanusiaan tidak bisa selaras menyebabkan beberapa pihak sama sekali tidak mau menggunakannya. Sebagian lain mendukung pengawasan ketat reaktor nuklir dan cenderung menggunakan lebih banyak energi terbarukan. Pemerintah Jepang harus menerima realitas ini dan sebaiknya cepat mengubah arah kebijakan energi dan tindakan, agar mengembalikan kepercayaan rakyat," katanya.

Untuk pertama kalinya penggunaan energi nuklir untuk kepentingan damai dipertanyakan dalam pidato peringatan Peristiwa Bom Atom Hiroshima. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengulangi pernyataannya bahwa akan mengubah kebijakan energi secara drastis.

"Kami mulai mempertimbangkan kembali landasan baru kebijakan energi negara. Kami harus mengubah keyakinan bahwa energi atom dan reaktor nuklir adalah aman. Kami harus menyelidiki secermat mungkin penyebab kecelakaan dan memikirkan semua kemungkinan tindakan pengamanannya. Tapi kami juga harus mengurangi ketergantungan terhadap energi atom dan menciptakan masyarakat yang tidak tergantung pada energi nuklir," demikian tekad Kan.

Hampir 70 persen korban selamat bom atom Hiroshima yang disebut hibakusha menyerukan penutupan segera semua reaktor nuklir di Jepang. Shuntaro Hida, dokter berusia 94 tahun adalah salah satu ahli penanganan korban radiasi. Sebagai dokter yang dulunya menangani korban bom atom Hiroshima, ia mengritik kebijakan informasi Jepang dalam hal bencana nuklir Fukushima.

"Sekarang ini situasinya mirip seperti dulu, tidak dibicarakan secara terbuka. Dulu setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat sebagai penguasa Jepang, melarang pembicaraan mengenai penderitaan dan bahaya akibat bom atom," paparnya.

Banyak warga yang pernah dan masih tinggal di kawasan bencana reaktor Fukushima khawatir mereka diperlakukan seperti hibakusha. Yakni, dikucilkan dari masyarakat Jepang. "Sayangnya itu mungkin. Hal menyedihkan terjadi pada hibakusha pascabom atom Hiroshima. Itu juga dialami hingga generasi ketiga. Saya sering mendengar, suatu pernikahan tiba-tiba hampir dibatalkan, hanya karena kakek atau nenek pengantin adalah korban bom atom. Hal itu bisa terulang lagi."

Peter Kujath/Luky Setyarini

Editor: Ayu Purwaningsih