1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jepang dan Korsel Favorit Piala Asia

6 Januari 2011

Mulai tanggal 7 Januari, 16 tim sepak bola terbaik di Asia akan unjuk kehebatan. Mata dunia pun tertuju kepada Qatar sebagai tuan rumah, setelah Qatar secara mengejutkan terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

https://p.dw.com/p/zu97
Logo Piala Asia AFC 2011 di QatarFoto: www.the-afc.com

Setelah Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, penikmat sepak bola kini bersiap-siap menyaksikan Piala Asia. 16 tim terbaik Asia telah memasang kuda-kuda untuk beraksi dari tanggal 7 sampai 29 Januari di Qatar.

Tim apa saja yang menjadi favorit? Mantan kiper tim nasional U-17 Jerman, Lutz Pfannenstiel, berkomentar, "Saya pikir tidak akan ada banyak kejutan. Jepang dan Korea Selatan akan tetap berjaya. Tapi secara kualitas, saya rasa Australia memiliki tim yang terbaik."

Australia memulai lembaran baru setelah Piala Dunia Afrika Selatan dengan pelatih baru asal Jerman, Holger Osieck, yang memilih untuk mempertahankan jajaran pemain Socceroos.

Tim Cahill dari Australia yang bermain untuk Everton FC disejajarkan dengan Park Ji-Sung dari Korea Selatan yang bermain untuk Manchester United, dan pemain asal Jepang Shinji Kagawa untuk Borussia Dortmund, sebagai pemain-pemain yang diprediksi akan berjaya di Piala Asia kali ini.

Meski gagal memperkuat tim nasional Jepang di Afrika Selatan, Shinji Kagawa yang berusia 21 tahun memiliki rekor gol yang baik setelah pindah ke Dortmund pertengahan 2010. Kagawa menyarangkan 8 gol di Bundesliga sebelum istirahat musim dingin, dan diharapkan menjadi motor serangan Jepang bersama pemain tengah Keisuke Honda.

Meski harus maju tanpa striker Park Chu-Young yang cedera, Korea Selatan berambisi kembali merebut titel juara setelah 50 tahun. Pelatih Cho Kwong-Rae hingga dua hari menjelang turnamen masih belum memutuskan pengganti Park. Cho berpikir untuk menambah kekuatan di lini tengah, dengan resiko memperlemah kekuatan serangan tim Pejuang Taeguk.

Pada laga pembuka, Qatar akan berhadapan dengan Uzbekistan di laga pembuka. Uzbekistan sebagai kuda hitam Asia juga memperebutkan posisi di perempat final bersama Cina dan Kuwait yang berada di grup A.

Grup B dihuni favorit juara Jepang bersama jagoan Timur Tengah, Arab Saudi, serta Yordania dan Suriah. Pada Piala Asia 2007, Jepang menyerah 2-3 dari Arab Saudi. Kedua tim pernah tiga kali menjuarai Piala Asia. Kini pelatih Jepang, Alberto Zaccheroni, memiliki ambisi mengantar tim Samurai Biru menjadi juara untuk ke-empat kali. Sedangkan tim Elang Hijau yang masih dibawah asuhan Jose Peseiro, tidak begitu bersinar akhir-akhir ini.

India menjadi tim nasional yang kekuatannya masih dipertanyakan di grup C. Setelah 20 tahun lebih tak lolos kualifikasi, India menghadapi tim-tim berat seperti Korea Selatan, Australia dan Bahrain. Pengamat sepak bola dari Hindustan Times, Dhiman Sarkar, berkomentar, "Hasil pengundian grup tidak menguntungkan bagi India. Di grup C ada Australia, Korea Selatan dan Bahrain. Dua tim diantaranya ikut serta di Piala Dunia Afrika Selatan tahun lalu. Yang satu lagi hampir ikut serta dan kalah di babak penyisihan. Jadi tak mungkin lebih parah dari ini."

Sarkar menambahkan, bahwa India telah melakukan persiapan sebaik mungkin untuk Piala Asia 2011 meski diwarnai cedera pemain. "Tidak ada yang bisa dilakukan terhadap cedera pemain. Akan sangat disayangkan kalau para pemain yang cedera tidak dapat ikut serta, termasuk kapten tim nasional India, Baichung Bhutia.”

Sementara di grup D ada Korea Utara yang harus unjuk gigi di tingkat Asia melawan juara bertahan Irak, Iran dan Uni Emirat Arab. Banyak pengamat yang menilai jika negara-negara Timur Tengah dapat mempergunakan keuntungan sebagai tuan rumah, bukan tak mungkin juara Piala Asia 2011 akan kembali mengejutkan seperti Irak empat tahun lalu.

Penikmat sepak bola dari seluruh penjuru dunia juga akan terpaku kepada Qatar dalam 3 minggu mendatang, untuk melihat bagaimana Qatar menjadi tuan rumah Piala Asia 2011. Sebuah tes awal sebelum menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Arunava Chaudhuri/Carissa Paramita/afp

Editor: Hendra Pasuhuk