1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

251111 Kairo Proteste

26 November 2011

Menjelang pemilu, situasi di lapangan Tahrir kembali menegang. Sabtu (26/11) pagi, lagi seorang demonstran tewas di pusat Kairo, begitu dilaporkan kaum aktivis dan petugas medis di lokasi.

https://p.dw.com/p/13Hi1
Foto: dapd

Enam mobil berada dalam konvoi yang menabrak mati demonstran di dekat lapangan Tahrir. Di depan gedung pemerintah tempat kabinet bersidang, pengunjuk rasa mengadakan aksi-duduk dan berusaha menutup jalan masuk bagi Kamal- al-Ganzouri, yang baru ditunjuk sebagai perdana menteri oleh Dewan Militer. Sejumlah orang melempar batu ke arah konvoi yang lewat. Konvoipun segera mundur dan menabrak mati seorang demonstran.

Sejak Jumat, semakin banyak orang yang datang ke pusat kota Kairo. Di kawasan Abbasiya berlangsung demo tandingan pendukung Dewan Militer. Sedangkan demo anti dewan militer berlangsung di depan gedung pemerintahan dan di lapangan Tahrir.

Ägypten Demonstration auf dem Tahrir-Platz in Kairo
Demo di Lapangan TahrirFoto: dapd

Di kedua tempat terakhir ini, ribuan orang ikut dalam suasana pesta yang mengawali apa yang mereka sebut, perjuangan terakhir sebelum pemilu. Ribuan selimut tebal dan tenda para demonstran yang bermalam mengisi lapangan Tahrir. Stasiun sampah disiapkan, mengisyaratkan kesiapan untuk melanjutkan demo jangka panjang, sementara helikopter militer terus mengamati situasi

Banyak demonstran yang menganggap Kamal al-Ganzouri sebagai kaki-tangan pemerintahan lama. Di tahun 90-an, Ganzouri pernah menjabat sebagai perdana menteri dibawah Hosny Mubarak. Penunjukan pria berusia 78 tahun itu hari Jumat (25/11)membuat marah demonstran di lapangan Tahrir. "Mereka telah membawa pergi seorang maling dan menunjuk seorang maling lain untuk menggantikannya", protes pada demonstran. Namun kemarahan tidak semata karena sosok perdana menteri itu.

Kritik merebak, bahwa kekuasaan dipertahankan kaum tua, padahal banyak orang muda yang dinilai mampu. "Secara pribadi, saya pribadi tidak anti calon perdana menteri baru itu. Tapi saya kira, dia tidak memiliki legitimasi dari gerakan revolusi ini. Ia tidak dalam posisi untuk menyatukan negara ini dan tidak mampu menyelesaikan masalah ekonomi dan politik.“

Di lapangan Tahrir demonstran menuntut Dewan Militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah transisi sipil yang akan membawa Mesir menuju pemilihan Presiden, Juni mendatang.

Ägypten Demonstration auf dem Tahrir-Platz in Kairo Mohamed El Baradei
Muhammad al BaradeiFoto: dapd

Para demonstran lapangan Tahrir juga menuntut penundaan pemilihan parlemen yang rencananya digelar hari Senin, mengingat pertumpahan darah yang berlangsung selama pekan ini. Sudah 41 orang tewas sejak seminggu aksi protes anti-pemerintahan militer di Mesir.

Berbeda dengan Mohammad el Baradei, mantan ketua IAEA yang sejak awal mendukung reformasi Mesir, kelompok Muslim Brotherhood atau Ikhwanul Muslimin tidak mendukung aksi protes di lapangan Tahrir. Kelompok ini memiliki peluang untuk meraup cukup banyak suara dalam pemilu, dan mendesak agar pemilu digelar sesuai jadwal.

Sementara itu, lebih dari 100 ribu warga Mesir yang menetap di luar negara itu mulai hari Sabtu (26/11) sudah bisa memberikan suaranya, melalui kedutaan-kedutaan Mesir. Menurut situs pemerintah Ahram Online, sekitar 300 ribu warga Mesir menetap di luar negeri. Populasi Mesir mencapai 80 juta orang.

dpa/rtr/Peter Steffe (swr)/Koesoemawiria
Editor: Agus Setiawan