1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Pengamat: Tidak Ada Pembenahan dan Perbaikan yang Signifikan

25 Februari 2020

Jakarta kembali dilanda banjir. Pengamat tata kota menilai, tidak adanya pembenahan sungai dan perbaikan saluran air yang signifikan jadi penyebabnya.

https://p.dw.com/p/3YMZw
Banjir Jakarta
Foto: AFP/B. Ismoyo

Hujan dengan intensitas tinggi sejak Selasa (25/02) dini hari menyebabkan sejumlah titik di ibu kota mengalami banjir. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia khususnya Jakarta disebabkan dua siklon tropis yakni Siklon Tropis Esther dan Siklon Tropis Ferdinand.

Siklon Tropis Esther diperkirakan menurun dalam 24 jam ke depan, namun Siklon Tropis Ferdinand diperkirakan meningkat dalam 24 jam ke depan. Dampak kedua badai ini adalah terjadinya hujan deras di kawasan Indonesia bagian selatan, yakni Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Agus Wibowo, menyampaikan ada 108 titik banjir tersebar di wilayah Jabodetabek. Ia mengatakan pihaknya saat ini turut membantu pelaksanaan penanganan di wilayah-wilayah yang dilanda banjir.

"Hingga kini, BPBD dan instansi terkait seperti TNI, Polri, Damkar dan warga melakukan upaya penanganan darurat. BNPB turut mendukung pelaksanaan penanganan di lapangan dengan menerjunkan perahu karet dan personel," terang Agus dilansir laman BNPB.

Berdasarkan pantauan DW Indonesia di lapangan, titik-titik banjir terdapat di daerah yang memang kerap menjadi langganan banjir seperti di ruas Jl. Raya Pondok Gede Kramat Jati, Jl. Pusdilkat Depnaker Kampung Makasar, kawasan Underpass Cawang, dan kawasan Kampung Pulo Jatinegara. Bahkan kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, juga tidak luput dari genangan banjir. Tak heran cuitan warganet dengan tagar #banjir menjadi trending topic di media sosial Twitter.

Tidak ada perbaikan saluran air

Kepada DW Indonesia, pengamat tata kota Nirwono Joga mengatakan buruknya kondisi sungai dan saluran air di ibu kota menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir.

"Banjir hari ini lebih banyak disebabkan hujan lokal bukan banjir kiriman. Luapan air sungai dan luberan air saluran air menunjukkan memang tidak ada penanganan pembenahan sungai dan perbaikan saluran air kota yang signifikan," ungkap Nirwono.

Nirwono menilai tidak ada upaya serius dari pemerintah provinsi untuk mencegah datangnya kembali banjir pasca-musibah banjir tahun baru beberapa waktu lalu. Lebih lanjut ia menyampaikan langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir ibu kota.

"Membenahi bantaran sungai, merehabilitasi asal air, merevitalisasi situ, danau, embung, waduk, hingga memperbanyak RTH (Ruang Terbuka Hijau) baru untuk daerah resapan air," pungkas Nirwono yang juga akademisi Universitas Trisakti ini.

Sementara itu, sejak pagi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan  mengunjungi beberapa pintu air di Jakarta antara lain Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet. Anies menyebut kondisi pompa-pompa yang ada tidak terendam banjir sehingga penanganan banjir akan cepat.

"Di sini masih posisi siaga satu. Kalau kita ngecek ke pompa air dekat sini, Alhamdulillah semua berfungsi," ujar Anies di Pintu Air Karet dikutip dari Suara.com.

Pemadaman listrik

Akibat banjir, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN harus memutus aliran listrik di beberapa wilayah di Jakarta. Sebanyak 362 gardu listrik sementara tidak dioperasikan demi keselamatan bersama.

"Demi keselamatan warga yang sedang mengalami banjir, petugas PLN mulai mengamankan aliran listriknya agar tidak dialirkan terlebih dahulu ke lokasi-lokasi yang terendam banjir," terang GM PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya Ikhsan Asaad dalam siaran persnya, Selasa (25/02).

PLN pun mengimbau warga yang terkena banjir untuk mencabut seluruh peralatan listrik yang masih tersambung dengan stop kontak dan menaikkan alat elektronik ke tempat yang lebih aman.

Hingga berita ini diturunkan sejumlah wilayah di ibu kota masih mengalami pemadaman listrik. "Dari subuh sampai sekarang belum hidup," ujar Putri (32), warga Kramat Jati, Jakarta Timur kepada DW Indonesia.

Banjir diklaim telah merendam 200 Rukun Warga (RW) dari total 2.378 RW yang ada di Jakarta. Sementara Jakarta Timur merupakan wilayah paling banyak terdampak banjir dengan 39 kelurahan yang terendam air. Sebelumnya, pada awal tahun ini Jakarta juga sempat dilanda bencana banjir yang mengharuskan sedikitnya 175.000 warga mengungsi dan 60 orang meninggal dunia.

rap/ (dari berbagai sumber)