1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Perlonggar Sedikit Blokade Gaza

22 Juni 2010

Akankah pemerintah Israel mencabut blokadenya di Gaza secara keseluruhan setelah memperlonggarnya untuk kebutuhan sipil?

https://p.dw.com/p/O03I
Barang-barang kebutuhan sipil boleh masuk ke kawasan GazaFoto: AP

Harian Perancis La Croix yang terbit di Paris memberikan komentarnya terkait pelonggaran blokade di Jalur Gaza. Harian itu menulis:

Israel memperlonggar sedikit jeratannya. Meskipun pemerintah Israel memperlonggar sedikit blokade sipil, warga Palestina tetap tidak puas. Hal ini sudah diperhitungkan sebelumnya. Warga Palestina menuntut, agar larangan memasok barang ke Jalur Gaza, terutama bahan bangunan, dicabut seluruhnya. Selain itu, mereka juga menuntut kebebasan untuk dapat berpindah tempat. Namun Israel akan lebih waspada lagi, agar barang-barang yang sekiranya dapat membahayakan keamanan Israel tidak masuk ke kawasan Gaza. Sekaligus menjaga, agar kelompok Hamas tidak menyalahgunakan kebijakan tersebut.

Sementara harian Perancis lain Le Monde menulis:

Bagi Amerika Serikat dan Eropa pelonggaran blokade Gaza, yang tidak masuk akal itu, adalah hasil upaya Turki dan organisasi bantuan kemanusiaan yang mengundang pertikaian. Akankah Israel mengubah politiknya terhadap Palestina? Jika kiriman barang ke Jalur Gaza dapat berjalan normal, maka diskusi terkait legitimasi pemberlakuan boikot terhadap kelompok Hamas akan dibuka lagi. Boikot dilakukan karena Hamas tidak mengakui eksistensi negara Israel dan melakukan serangan teroris. AS dan Eropa mendukung boikot tersebut meskipun menentang setiap logika.

Tema lain yang juga menjadi sorotan media internasional adalah hutang yang belum dilunasi pemerintah Belarus. Hingga kini Belarus tidak membayar gas yang dibelinya dari Rusia. Harian Austria yang terbit di Wina Der Kurier menulis:

Negara itu ibaratnya seorang saudara yang membangkang. Belarus yang menawarkan tempat pelarian bagi bekas penguasa Kirgistan Bakijew serta menempuh haluan yang cenderung ke arah pro barat, yang membuat geram pemerintah Rusia, kini merasakan ganjarannya. Tepat di tempat yang sangat menyakitkan, yaitu uang dan gas. Bagi Rusia sendiri secara diplomatis hukuman itu tidak akan ada dampaknya. Karena Belarus tidak mungkin mendapat dukungan dari Uni Eropa.

Sedangkan harian Italia yang berhaluan liberal kiri dan terbit di Roma La Republica menulis:

Antara Rusia dan Belarus terpicu perang gas baru. Perang ini terjadi saat musim panas dimana kebutuhan pemanas sangat minimal, namun dapat meningkat jika musim dingin semakin mendekat. Dan dampaknya akan dirasakan seluruh Eropa. Setelah Rusia berhasil menekan Belarus, dengan melancarkan politik gas yang sangat keras dan ikut menggagalkan revolusi demokrasi di negeri itu, pimpinan Rusia kembali memutuskan untuk menutup aliran gas ke Belarus. Dengan demikian, konflik yang sudah membara sejak beberapa bulan ini, kini bersama Belarus, yang dulunya adalah sekutu Rusia yang paling setia dan dimanja oleh Kremlin, Rusia memasuki fase panas. Politik energi dijadikan sebagai senjata.

AN/AR/afpd/dpa