1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Sudah Matang untuk Revolusi

16 Februari 2011

Gelombang Demonstrasi yang kini bergejolak kembali di Iran menjadi sorotan pers internasional.

https://p.dw.com/p/10I57
Protes di Teheran menentang pemerintah Iran(14/02)Foto: Kaleme

Mengenai demonstrasi di Iran harian Austria Der Standard menulis

"Iran sejak lama sudah matang untuk revolusi demokrasi, sejak lama masyarakat mengupayakan kebebasan lebih besar. Remaja Iran jauh lebih terdidik dan memiliki jaringan, dan jauh lebih tidak memiliki perspektif dibanding remaja lainnya di kawasan itu. Meskipun demikian menurut perhitungan saat ini, persyaratan untuk tergulingnya pemerintah secara cepat tetap buruk. Bukan karena frustrasi dan kemarahan dari bawah lebih lemah, justru sebaliknya. Tapi di atas duduk penguasa yang berbeda dengan di kawasan Arab, mereka tidak menampilkan kekuatannya sebagai pertunjukan mafia besar, melainkan sebagai siaran ideologi dan legitimasi agama. Dan itulah yang paling berbahaya. Perbedaannya dapat dilihat dengan jelas ketika menumpas aksi protes pasca pemilu presiden tahun 2009 dan bagaimana sikap rezim di tahun-tahun sesudahnya.“

Sementara harian Denmark Berlingske Tidende berkomentar

"Iran memiliki salah satu gerakan oposisi yang terorganisir paling baik, hanya karena fondasinya berasal dari politisi dan kaum intelektual yang aktif, yang dulu memiliki peran dalam politik Iran. Orang dapat berharap bahwa aksi protes terbaru akan sedemikian meluas dimana harus terjadi perubahan sebenarnya. Sebuah revolusi demokratis di Iran akan mengubah wajah seluruh kawasan dalam bentuk yang berbeda ketimbang di Mesir. Tidak hanya di Timur Tengah tapi juga bagian dunia lainnya memerlukan Iran yang demokratis dan bebas. Negara itu selalu memiliki peran historis yang penting. Sekarang bentuk pemerintah saat ini direduksi ke dalam kelompok paria.“

Harian Inggris The Times mengomentari demonstrasi yang terjadi di Bahrain

“Dapat tercipta sebuah peluang dimana Bahrain benar-benar dapat mempercepat tempo liberalisasi. Jika sampai terjadi, maka hal itu akan memicu lebih dari sekedar kepentingan biasa pada salah satu tetangga Bahrain, dimana setiap minggu penduduknya menyerbu mencari pelampiasan melewati bendungan. Negara itu, yang dipimpin oleh penguasa lalim yang rencana waktu untuk reformasinya di kawasan tersebut masih paling kuno, tentu saja Arab Saudi.”

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Agus Setiawan