1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Irak Tanggapi Rencana Penarikan Pasukan AS

24 Oktober 2011

Warga Irak memandang diakhirinya keberadaan militer Amerika Serikat di negaranya sebagai berakhirnya pendudukan.

https://p.dw.com/p/12xoF
Pasukan AS Siap Tinggalkan IrakFoto: AP

Presiden AS, Barack Obama baru-baru ini mengumumkan rencananya bagi penarikan pasukan dari Irak : “Sisa pasukan kami di Irak akan ditarik pulang hingga akhir tahun. Setelah hampir 9 tahun, perang AS di Irak akan berakhir.“

Pidato Obama itu bukan hanya memicu sorak sorai, tapi juga kelegaan. Seorang mantan perwira militer Irak, Adel al-Rubaei mengatakan di Bagdad, serdadu AS adalah tentara pendudukan. Memang mereka membebaskan Irak. Tapi itu lebih dari 8 tahun lalu. “Sekarang sudah cukup”, tegasnya. Pendapat mantan perwira militer Irak itu mewakili pandangan mayoritas warga Irak, bahwa tentara AS adalah pasukan pendudukan.

Dari semula 170.000 serdadu, kini hanya tersisa 40.000 serdadu AS di Irak. Perpanjangan penugasannya di Irak telah gagal. Irak menuntut pencabutan hak imunitas tentara AS. Sementara Obama tetap mempertahankan kekebalan hukum pasukannya di Irak.

Tidak Semua Warga Eforia

Namun tidak semua warga Irak menyambut gembira rencana penarikan seluruh pasukan AS dari negaranya. Jalil Saleh, seorang guru mengatakan : ”Menurut saya, penarikan pasukan pada saat ini tidak bagus. Irak secara teknis, militer dan logistik terlalu lemah. Kami tidak memiliki pesawat tempur atau kapal selam, hanya senjata primitif. Jika tentara Amerika pergi, negara lain dapat menyalahgunakannya, untuk mencuri kekayaan kami atau bahkan menduduki negara kami.”

Irak USA Verbrechen Video
Potongan Video kejahatan tentara AS di Irak.Foto: AP

Bagdad sebetulnya menghendaki, sekitar 3.000 hingga 5.000 pakar AS terus ditempatkan di Irak sebagai pelatih militer. Akan tetapi kemarahan rakyat terhadap aksi kejahatan serdadu AS yang lepas dari jeratan hukum, serta aksi brutal pasukan pengamanan swasta, berdampak pada perintah penarikan segera sisa serdadu AS.

Tidak adanya keamanan di Irak merupakan kekhawatiran terbesar. Pemerintahan Al Maliki satu setengah tahun setelah pemilu, tetap belum menguasai dua kementrian terpenting, yakni dalam negeri dan pertahanan. Dampaknya, setiap bulan rata-rata 250 warga Irak tewas akibat serangan pembunuhan atau bom mobil.

AS Tetap Berada di Irak

Amerika akan meninggalkan Irak, dalam situasi negara dipimpin sebuah pemerintahan yang tidak stabil, ditambah ketegangan agama, serta lemahnya militer dan polisi. Itulah neraca pahit yang dapat ditarik.

Irak Truppen Tikrit
Pasukan keamanan Irak dinilai belum cukup handal.Foto: AP

Tapi di sisi lainnya, Washington menempatkan perwakilan terbesarnya sedunia di Bagdad. Anggota dinas rahsia CIA tetap berada di Irak. Ribuan satuan pengaman swasta akan menggantikan pasukan pengaman dan pelatih militer. AS tidak mau begitu saja melepaskan investasinya yang bernilai milyaran Dolar di Irak.

Pakar Irak dari Universitas Amerika di Beirut, Hilal Khashan mengungkapkan : :“Saya pikir keberadaan militer Amerika di Irak akan permanen. Bagi Irak penarikan seluruh pasukan AS amat berbahaya. Washington juga tidak akan begitu saja menghapus kesakitan dan jerih payahnya. Jadi mereka akan tetap mempertahankan keberadaan militernya di Irak seperti halnya keberadaannya di Eropa.“

Warga Irak kini terombang ambing antara eforia dan kecemasan. Namun tetap masih ada yang meyakini, keberadaan militer AS di Irak tidak akan diakhiri begitu saja.

Ulrich Leidholdt/Agus Setiawan Editor: Andriani Nangoy