1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turki Tolak Bayar Kompensasi ke Rusia

28 Juni 2016

Setelah berdamai dengan Israel, Turki kini berniat mempercepat normalisasi hubungan dengan Moskow yang retak pasca penembakan pesawat jet Rusia November silam. Namun begitu Ankara menolak membayar uang kompensasi

https://p.dw.com/p/1JEsA
Recep Tayyip Erdogan Türkei Präsident
Foto: picture-alliance/dpa/M.Cetinmuhurdar

Turki mengaku tidak akan membayar uang kompensasi kepada Rusia setelah menembak jatuh salah satu pesawat tempurnya di Suriah, November 2015. Sebelumnya Perdana Menteri Binali Yildirim mengklaim pihaknya "siap membayar jika dibutuhkan."

Namun Yildirim kemudian menyangkal pernyataan itu.

Pengakuan tersebut diungkapkan setelah Ankara berniat berdamai dengan Moskow terkait insiden tersebut. Yildirim mengklaim Perdana Menteri Rexep Tayyip Erdogan telah berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk meminta maaf.

"Saya kira kita telah mencapai kesepakatan bersama. Kami akan melupakan insiden ini," imbuh Yildirim. Turki sebelumnya menolak meminta maaf karena meyakini pesawat tempur Rusia telah melintasi wilayahnya. Moskow sebaliknya menuding Ankara sengaja "memprovokasi."

Saat berbuka puasa di kediamannya di Ankara, Senin (27/6), PM Erdogan mengatakan dirinya berharap akan mampu "mempercepat" normalisasi hubungan dengan Moskow. Pada hari yang sama Kremlin mengklaim Erdogan telah meminta maaf secara langsung kepada Putin.

Karte Türkei Syrien Türkei schießt russischen Kampfjet ab Englisch
Peta penembakan jatuh pesawat tempur Rusia di perbatasan Turki-Suriah, November 2015

Namun begitu seorang pejabat Turki membantah kabar tersebut. Menurutnya Erdogan cuma "mengungkapkan penyesalan" atas insiden tersebut, tanpa secara eksplisit meminta maaf atas penembakan pesawat.

Turki mencoba kembali menerapkan kebijakan "tanpa masalah dengan jiran" dengan memperbaiki hubungan dengan Rusia dan Israel. Namun begitu Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan "tidak seorangpun bisa berharap mampu memperbaiki hubungan Turki dan Rusia cuma dalam beberapa hari."

rzn/yf (afp,rtr)