1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Mendominasi Singapore Airshow

17 Februari 2012

Dominasi pembeli asal Indonesia di Singapore Airshow tahun ini menunjukkan bertambah pentingnya Indonesia bagi industri penerbangan dunia.

https://p.dw.com/p/144yQ
CEO Lion Air Rusdi Kirana (kanan) berjabat tangan dengan Dinesh Keskar dari Boeing
CEO Lion Air Rusdi Kirana (kanan) berjabat tangan dengan Dinesh Keskar dari BoeingFoto: Reuters

Maskapai penerbangan bertarif rendah Lion Air menjadi sorotan pada pembukaan Singapore Airshow hari Selasa (14/2) setelah secara resmi menandatangani kesepakatan dagang bernilai 22,4 miliar Dolar untuk 230 pesawat buatan produsen Amerika Serikat, Boeing. Lion Air memesan 201 unit Boeing 737 MAX dan 29 unit 737-900ERs. Juga hak pembelian bagi 150 pesawat tambahan untuk melayani penerbangan domestik dan regional.

Dinesh Keskar, wakil presiden penjualan pesawat komersial Boeing bagi Asia Pasifik dan India, menyebut kesepakatan dengan Lion Air sebagai 'pemesanan terbesar dalam sejarah penerbangan yang pernah saya ketahui.'

Hanya 2 hari setelah kesepakatan dengan Boeing, Lion Air mengumumkan pembelian 27 pesawat yang lebih kecil dari produsen Eropa ATR. Pesawat turboprop ATR 72-600 seharga 610 juta Dolar akan memperkuat armada anak perusahaan Lion Air, Wings Air. Pesanan dijadwalkan terpenuhi pada akhir tahun 2015. "Pesawat ATR cocok bagi pasar penerbangan berjarak dekat di Indonesia, dan membantu Wings Air menghubungkan masyarakat. Bahkan mereka yang berada di daerah terpencil," jelas Rusdi Kirana, CEO Lion Air.

Penerbangan jarak jauh dan menengah

Garuda Indonesia juga membeli 6 pesawat Bombardier CRJ1000, dengan pilihan membeli 18 pesawat tambahan. Kesepakatan dagang dengan produsen pesawat Kanada, Bombardier, bernilai 297 juta Dolar. Jika Garuda membeli 18 lagi, total transaksi mencapai 1,32 miliar Dolar.

Model pesawat Boeing 737-MAX yang diborong Lion Air
Model pesawat Boeing 737-MAX yang diborong Lion AirFoto: dapd

CEO Garuda Emirsyah Satar menilai CRJ1000 sesuai untuk memenuhi kebutuhan pesawat berkapasitas 100 penumpang bagi pasar domestik dan regional. "Armada baru ini menjadi bagian penting dari program ekspansi dan peremajaan Garuda. Kami akan bisa menambah rute-rute baru untuk mendukung jaringan penerbangan jarak jauh Garuda," tambah Emirsyah.

Tambahan 5 armada yang rencananya dikirimkan akhir tahun ini akan digunakan untuk penerbangan dari dan ke Makassar, Medan, serta Balikpapan. Garuda ingin memperkuat daya saing pada tahun 2015 dengan menambah jumlah armada dari 89 menjadi 154 unit. Presiden pesawat komersial Bombardier, Mike Arcamone, menyebut Garuda sebagai konsumen CRJ1000 pertama di wilayah Asia Pasifik.

Militer Indonesia ikut belanja

Militer Indonesia juga menjadi bintang dalam pameran dirgantara tersebut. Hari Rabu (15/2), Indonesia menandatangani kontrak bernilai 325 juta Dolar dengan Airbus Military bagi 9 unit pesawat C-295 yang akan digunakan untuk kebutuhan pertahanan, logistik dan kemanusiaan. Unit pertama akan dikirimkan tahun ini, sedangkan sisanya pada tahun 2014.

"Ini adalah saat yang membanggakan bagi negara kami, begitu juga dengan industri penerbangan Indonesia," tegas Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro. Anggaran pertahanan Indonesia mencapai 6,39 miliar Dolar di tahun 2011, atau menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.

Kesepakatan dagang juga termasuk kolaborasi antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Airbus Military. PTDI akan memproduksi sejumlah komponen bagi model pesawat berukuran sedang tersebut. "Kerjasama semacam ini memberi ruang bagi perusahaan Indonesia untuk mengembangkan bisnis penerbangan sebagai penyuplai utama. Ini menempatkan PTDI di kancah penerbangan global dan meningkatkan kemampuan kami," tandas CEO PTDI, Budi Santoso.

Kekuatan ekonomi Indonesia

Dengan 240 juta penduduk, Indonesia memiliki populasi terbesar keempat di dunia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dengan lebih dari 17 ribu pulau yang tersebar di 33 provinsi dan 3 zona waktu antara Singapura dan Australia. Perekonomian Indonesia tumbuh 6,5 persen tahun lalu, yakni pertumbuhan tercepat dalam 15 tahun. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diproyeksi antara 6,3 hingga 6,7 persen.

Investor asing menyuntikkan dana sebesar 20 miliar Dolar bagi ekonomi Indonesia di tahun 2011, atau naik dari 17 miliar Dolar pada tahun sebelumnya. "Ekonomi Indonesia mampu mempertahankan kekuatan pasar Asia Tenggara karena kelas menengahnya terus tumbuh. Populasinya terus tumbuh dan kepercayaan bagi Indonesia terus menguat baik dalam hal ekonomi maupun politik," ujar pengamat penerbangan dari Standard & Poor's, Shukor Yusof.

"Kekuatan pasar Indonesia mendorong lebih banyak orang untuk terbang. Secara geografis cocok untuk industri penerbangan," tambah Yusof. Banyak maskapai penerbangan Indonesia yang menarget bagian timur seperti Makassar, Sulawesi dan Manado. Wilayah-wilayah dengan sektor pariwisata yang menjanjikan. "Dan jangan lupa, daerah-daerah ini juga memiliki pertambangan dan industri yang mengandalkan sumber daya alam. Penduduknya memiliki uang untuk bepergian," ungkap Yusof.

Carissa Paramita/afp/rtr
Editor: Hendra Pasuhuk