1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Impian Produksi Ponsel Adil

Marcus Lütticke24 Januari 2013

Banyak produksen smartphone meraup untung milyaran. Tapi bagi pekerja pembuatnya, upah yang diterima terlalu kecil. Seorang warga Belanda ingin mengubahnya.

https://p.dw.com/p/17Qoh
***ACHTUNG: Bild nur zur Berichterstattung über FairPhone verwenden!!!*** Auf dem Bild: Entwurf eines Mobiltelefons von FairPhone. Quelle/Copyright: FairPhone
FairPhoneFoto: FairPhone

Apa kaitannya perang saudara di Kongo dengan telefon seluler atau ponsel? Banyak sekali kata para pemikir di belakang"FairPhone“. Di Belanda mereka mengolah pengembangan Smartphones yang bukan mementingkan inovasi teknis, melainkan cara produksi terkait materi yang digunakan.

Dalam hal ini : kelestarian lingkungan, kondisi kerja yang manusiawi dalam penambangan bahan dasar dan pembuatannya, serta perlindungan iklim yang menjadi perhatian utama para produsennya.

Untuk produksi Smartphones diperlukan berbagai bahan yang disebut "materi langka“ atau "rare earth" dan berbagai bahan dasar lainnya, yang sementara ini sering disebut sebagai "logam-logam konflik“.Lewat istilah itu, dengan mudah diketahui, logam-logam ini datang dari kawasan yang dilanda perang saudara dan pelanggaran hak manusia menjadi bagian sehari-hari.

TO GO WITH AFP STORY BY DAVID YOUANT Children wash copper on July 9, 2010 at an open-air mine in Kamatanda in the rich mining province of Katanga, southeastern Democratic Republic of Congo (DRC). Some 400 children from Kamatanda and surrounding villages, who have dropped out of school, help miners transport, sort or wash the mineral. Forced by poverty, hundreds of children leave school to work at the mine. AFP PHOTO / GWENN DUBOURTHOUMIEU (Photo credit should read Gwenn Dubourthoumieu/AFP/Getty Images)
Pertambangan di KongoFoto: AFP/Getty Images

Banyak yang berasal dari Kongo yang kaya sumber daya alam, dimana materi-materi ini ditambang dalam kondisi kerja yang berbahaya, sebagian besar dilakukan anak-anak. Keuntungan dari penjualan sering digunakan oleh para bandit untuk memperbaiki persenjataannya.

Namun pemasok terbesar materi langka di dunia adalah Cina. Untuk memperoleh materi langka seringkali harus dilakukan dengan mencuci bijih logam dari lubang pengeboran menggunakan larutan asam keras. Dampaknya, tersisa limbah berupa lumpur beracun. Akibat cara penambangan ini di Cina banyak kawasan rusak dan desa-desa tercemar.

Produsen Lepas Tanggung Jawab

Bagi produsen telefon seluler sangat sulit menelusuri dari mana asalnya bahan dasar untuk produksinya, akibat banyaknya pedagang perantara Tapi Johanna Kusch dari Germanwatch, organisasi yang intensif berkecimpung dalam tema tanggung jawab perusahaan di sektor telefon seluler, masalahnya sudah jelas.

***ACHTUNG: Bild nur zur Berichterstattung über FairPhone verwenden!!!*** Auf dem Bild: Entwurf eines Mobiltelefons von FairPhone. Quelle/Copyright: FairPhone
FairPhoneFoto: FairPhone

Produsen sebetulnya dapat bertindak lebih banyak. "Asumsi bahwa perusahaan tidak memiliki kemungkinan menelusuri dari mana asal bahan dasar produksinya, tidak bisa diterima. Beberapa studi menunjukkan, bahwa terdapat peluang menelusuri bahan dasar itu sampai ke pertambangannya“, kata dia. Produsen seharusna lebih memainkan peran kekuatan pasarnya.

Tepat di sinilah hal yang diupayakan pengusaha baru Belanda Bas van Abel. Bersama timnya ia mengembangkan "FairPhone“, sebuah smartphone yang pembuatannya berdasarkan bahan-bahan mentah yang diperdagangkan dengan adil dan memperhatikan persyaratan kerja yang baik dalam semua langkah produksi.

Akhir tahun 2012 lalu "FairPhone“ pertama sudah diluncurkan ke pasar. "FairPhone diharapkan menawarkan alternatif bagi pelanggan, dan mendorong serta memberi gagasan baru bagi seluruh sektor.“ Demikian dikatakan Abel dalam wawancara dengan Deutsche Welle (DW).

Baginya sudah jelas, bahwa proyek itu hanya setetes air pada batu pans. Tapi meningkatnya permintaan perangkat FairPhone dapat memberikan tekanan terhadap pemimpin pangsa pasar di sektor tersebut.

Memerangi Masalah di Lokasi

Selama ini hanya perusahaan telefon Belanda KPN yang memesan Smartphone yang diproduksi secara adil. Harganya tanpa abonemen, sekitar 250 Euro sampai 300 Euro. Berdasarkan permintaan pelanggannya sendiri, sebuah perusahaan telefon seluler Jerman kini menjalin kontak dengan Abel untuk melakukan pembicaraan.

Meskipun selalu muncul pemberitaan mengenai buruknya kondisi kerja di pabrik-pabrik Cina, dimana misalnya Apple merakit alat iPhones-nya, "FairPhone“ tetap mengandalkan Cina sebagai lokasi produksi. "Untuk memperbaiki sistem orang harus menghadapi masalah itu di lokasi dan memperbaiki kondisinya setahap demi setahap,“ demikian dikatakan van Abel. "FairPhone“ ingin memilih pabrik-pabriknya dengan cermat dan memainkan pengaruh terhadap penerima order.

--FILE--Shoppers try out the white iPhone 4 smartphone at an Apple Store in Shanghai, China, 28 April 2011. Apple Inc. is getting closer to offering the iPhone through Chinas largest mobile carrier, state-owned China Mobile, giving the company access to hundreds of millions of new customers. China Mobile, which is the worlds largest carrier, has 600 million subscriber accounts, compared with fewer than 200 million at China Unicom.
Pembuatan iPhone di CinaFoto: picture alliance/dpa

Langkah Kecil Pengaruh Besar

Bagi Johanna Kusch dari Germanwatch itu langkah bagus. Karena komponen upah bagi pembuatan ponsel amat kecil, ia melihat peluang besar untuk memperbaikinya. Seandainya komponen upah untuk sebuah ponsel naik dari 1 menjadi 2 persen, pekerja di Cina bisa memperoleh pendapatan 50 persen lebih besar , demikian Kusch.

Meskipun demikian diakui "FairPhone“ tidak mampu memasarkan Smartphone yang benar-benar adil. "Karena masih terlalu banyak bagian yang ikut andil dalam proses produksi", ujar Bas van Abel. Untuk itu klaimnya saat ini adalah, memproduksi telefon seluler paling adil yang ada di pasar dunia.