1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Senjata Ampuh Negara Berkembang

cp/rzn (afp, ILO)27 Mei 2014

Negara berkembang yang berinvestasi bagi 'pekerjaan berkualitas' semakin mengejar ekonomi maju, ungkap ILO melalui laporannya yang juga menemukan bahwa Uni Eropa tetap menjadi favorit para migran.

https://p.dw.com/p/1C7YC
Foto: Roots of Peace

Negara-negara berkembang yang paling banyak menaruh investasi pada pekerjaan berkualitas - pekerjaan dengan produktivitas tinggi dan pemasukan reguler - tumbuh hampir satu persen lebih cepat sejak tahun 2007 dibandingkan negara maju, menurut laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO).

Hasilnya, semakin banyak pekerja di negara berkembang yang bergerak menuju pekerjaan yang lebih baik dan masuk kelas menengah. Laporan memperlihatkan bahwa pendapatan per kapita di negara-negara seperti Senegal, Vietnam dan Tunisia tumbuh rata-rata 3,3 persen per tahun antara 1980-2011 - jauh lebih cepat dari 1,8 persen di ekonomi maju.

Namun pemasukan 839 juta orang masih di bawah 2 Dolar per hari - sepertiga pekerja di negara berkembang. Walau jumlah ini sudah turun dari separuh pekerja sejak awal 2000-an.

Perlindungan sosial

Sekitar 1,5 miliar orang di negara berkembang memiliki pekerjaan yang tidak stabil - tanpa kontrak dan perlindungan serta acapkali diliput kemiskinan.

"Menghormati standar buruh dan kebijakan yang mempromosikan pekerjaan formal juga penting dalam menciptakan pekerjaan berkualitas yang meningkatkan standar hidup, menaikkan konsumsi domestik dan mendorong pertumbuhan ekonomi," tegas Guy Ryder, dirjen ILO.

Laporan ILO juga menyerukan pentingnya penghapusan birokrasi bagi warga yang ingin memulai usaha. Mereka terutama memuji skema perlindungan sosial 'pajak tunggal' bagi wirausaha di Uruguay.

Pola migrasi

Kondisi lapangan kerja antara ekonomi maju dan berkembang tercatat semakin konvergen sejak krisis finansial global tahun 2007. Sementara angka pengangguran di negara maju naik, negara-negara berkembang sempat mengalami kenaikan sebelum kembali ke level pra-krisis.

Menurut laporan, perubahan peluang juga mempengaruhi pola migrasi. Generasi muda yang terdidik dari negara-negara yang terkena krisis semakin banyak yang pindah ke negara berkembang.

Tahun 2013, 231,5 juta orang tinggal di negara selain tanah kelahiran. Total jumlah migran naik sebanyak 57 juta orang sejak tahun 2000 - sekitar seperlima dari kenaikan terjadi dalam 3 tahun terakhir.

Uni Eropa tetap menjadi pilihan tujuan, dengan 51 persen migran bermukim di wilayah ini.

Harapan bagi masa depan

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dalam beberapa tahun ke depan, mayoritas pekerjaan baru di negara berkembang sudah memenuhi kualitas yang memungkinkan pekerja serta keluarganya hidup di atas garis kemiskinan di Amerika Serikat," demikian tertulis dalam laporan. Namun ILO juga mengakui bahwa 85 persen tenaga kerja di negara berkembang akan masih hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2018.

Sekitar 213 juta orang diprediksi masuk pasar tenaga kerja dalam 5 tahun mendatang, 200 juta diantaranya di negara berkembang.

cp/rzn (afp, ILO)