1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

ICRC Ingin Gencatan Senjata di Suriah

21 Februari 2012

Palang Merah Internasional (ICRC) dan Bulan Sabit Merah Suriah-Arab ingin memberikan bantuan bagi penduduk di wilayah yang paling terkena. Namun Homs masih dihujani tembakan.

https://p.dw.com/p/146oX
This undated picture released by the international Red Cross shows, from left, the Red Cross, the Red Crescent and a proposed third emblem called the red crystal. Switzerland will host a diplomatic conference Dec. 5-6, 2006 aimed at approving a third emblem for the international Red Cross movement to include Israel, which has been denied full membership for nearly six decades, the Foreign Ministry said Monday Nov. 7, 2005. The Red Cross admitted Israel to the worldwide humanitarian organization early Thursday June 22, 2006, ending decades of exclusion linked to the Jewish state's refusal to accept the traditional cross symbol. The decision early Thursday completed a complicated process that included the creation of the optional, third emblem, a blank, red-bordered square standing on one corner, that could stand alone or frame the Israeli society's red star. (AP Photo/ICRC) ** NO SALES **
Logo ICRC dan Bulan Sabit MerahFoto: AP

Meski tuntutan Palang Merah untuk melakukan gencatan senjata, hari Selasa (21/2) militer Suriah menembaki kota Homs yang merupakan pusat perlawanan menentang Presiden Bashar al-Assad. Menurut keterangan komite koordinasi setempat, sedikitnya 50 orang tewas dalam serangan hari Selasa di Suriah, termasuk anak-anak. 30 di antara jumalah tersebut tewas di Homs.

Abu Abdo, seorang warga mengatakan: "Kami selalu dihujani tembakan. Di mana-mana terlihat darah. Persediaan makanan menipis. Selalu ada ledakan. Situasi sangat rawan. Tidak ada bantuan medis bagi korban yang terluka."

In this undated citizen journalism image provided by the Local Coordination Committees in Syria and accessed on Thursday, Feb. 16, 2012, Syrian government army soldiers are seen atop of their armored personnel carrier patrolling a street, at the mountain resort town of Zabadani, Syria, near the Lebanese border. As Syrian forces have stepped up their assault on rebellious cities, President Bashar Assad ordered a referendum on a new constitution that would create a multiparty system in a country that has been ruled by his autocratic family dynasty for 40 years. (Foto:Local Coordination Committees in Syria/AP/dapd) THE ASSOCIATED PRESS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THE AUTHENTICITY, CONTENT, LOCATION OR DATE OF THIS HANDOUT PHOTO
Panser SuriahFoto: dapd

Menghukum semua warga

Kawasan perlawanan Bab Amr masih tetap menjadi target tembakan. Dari sekitar 100.000 penghuni, dikatakan setengahnya sudah mengungsi. Janda Umm Wisam juga berasal dari Homs. Bersama anggota keluarga lainnya ia mengungsi ke Mafrag, Yordania. Di sana ia tingggal di sebuah bangunan yang belum selesai dan menceritakan keadaan sebelum ia melarikan diri dari Homs: "Bila di suatu tempat di Homs dilancarkan aksi protes, mereka menghukum semua warga - menembak dengan panser dan memblokir pasokan pangan, disel dan gas."

Hukuman kolektif. Palang Merah Internasional (ICRC) kini mengupayakan untuk setidaknya mengurangi penderitaan dalam situasi semacam itu. ICRC adalah satu-satunya organisasi asing yang masih punya petugas bantuan di Suriah. Perundingan terkait dengan pemerintah di Damaskus telah berlangsung. Demikian ditegaskan jurubicara ICRC Saleh Dabakkeh: "Kami meneliti berbagai kemungkinan untuk segera menyalurkan bantuan darurat. Namun persyaratannya adalah gencatan senjata di wilayah yang paling rawan agar Bulan Sabit Merah Suriah dan ICRC bisa mengakses daerah tersebut."

Smoke billows in Homs in this handout picture received February 17, 2012. Syrian President Bashar al-Assad's forces, disregarding U.N. condemnation of their violent suppression of a nationwide revolt, renewed a bombardment of the opposition stronghold of Homs and attacks on rebels in Deraa on Friday. REUTERS/Handout (SYRIA - Tags: CIVIL UNREST POLITICS) FOR EDITORIAL USE ONLY. NOT FOR SALE FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS. THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS
Pertempuran di Homs, SuriahFoto: Reuters

Mesjid tempat merawat korban cedera

Selanjutnya dikatakan bahwa pembicaraan dengan petinggi Suriah bersifat rahasia. Akhir tahun lalu ketika ICRC memohon untuk diijinkan mengunjungi tahanan politik, ICRC harus menunggu jawabannya selama berminggu-minggu. Durasi gencatan senjata yang diajukan adalah dua jam untuk dapat membagikan obat-obatan di Homs. Dr. Mohammed al-Mohhamed mengatakan, ia telah mengubah fungsi sebuah mesjid menjadi tempat penampungan sementara bagi korban cedera: "90 persen yang luka-luka adalah perempuan, anak-anak dan orang tua. Kami hanya punya satu rumah sakit. Karena itu mereka sekarang ditempatkan di mesjid ini. Tetapi tidak ada obat-obatan, bahkan verban pun tidak ada. Kami hanya berdua. Saya, internis dan seorang dokter gigi. Kami telah mendidik kilat 20 orang sebagai perawat. Sejumlah korban luka berhasil datang ke sini, tetapi ada yang tidak. Mereka meninggal."

Sejak serangan militer secara besar-besaran di Homs, ratusan orang tewas dalam pertempuran melawan desertir. Demikian menurut keterangan oposisi. Rusia yang secara politik tetap mendukung Suriah kini menyarakan agar PBB mengirimkan petugas khusus ke Suriah. Ia diharapkan mengupayakan agar bantuan kemanusiaan dijamin di Suriah. Untuk itu Rusia akan mendukungnya. Dubes Rusia di PBB mengatakan, pasokan bantuan pertama dalam wilayah konflik merupakan persyaratan baik bagi stabilisasi aksi semacam itu.

Ulrich Leidholdt/Christa Saloh-Foerster

Editor: Edith Koesoemawiria