1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hukuman Mati Meskipun Aksi Protes

8 Agustus 2012

Protes organisasi HAM sia-sia. Rabu (08/08) di Hunstville, Texas, Marvin Wilson (54) dieksekusi. Upaya meminta pengampunan, tidak diloloskan Mahkamah Agung di Washington. Yang kontroversial, Wilson cacat mental.

https://p.dw.com/p/15lfg
In der Todeszelle (Archivfoto von 2000) des berüchtigten Huntsville-Gefängnisses in Texas zählt der in Nürnberg geborene Raubmörder Troy Albert Kunkle die Stunden bis zu seiner Hinrichtung. Der 38-Jährige hat dort bereits sein halbes Leben verbracht. Am nächsten Mittwoch (7. Juli 2004) soll er die Giftspritze bekommen. Todesstrafengegner aus aller Welt haben die geplante Exekution verurteilt und an den Gouverneur von Texas, Perry, appelliert, Milde walten zu lassen. Rechtsexperten sehen aber kaum eine Chance auf Begnadigung. Foto: Paul Buck
Sel hukuman mati di penjara Huntsville, TexasFoto: picture-alliance/dpa

Marvin Wilson masih mengisap jempol walaupun sudah dewasa. Ia tidak pernah belajar membaca dan menulis secara benar. Wilson tidak mampu menentukan jalan hidupnya. Beberapa dokter memeriksanya dalam beberapa tahun terakhir dan tingkat kecerdasan IQ-nya yang 61, tergolong amat rendah.

Kasus yang jelas dari gangguan mental, kata Lee Kovarsky. Profesor hukum pada Universitas Maryland. Kovarsky pada enam tahun terakhir bekerja secara sukarela untuk pria keturunan Afrika di Amerika tersebut, namun sia-sia. "Seandainya negara bagian Texas menanggapi serius keputusan Mahkamah Agung, maka Wilson akan menjadi kasus yang khas, dimana hukuman mati tidak boleh dijalankan."

Mahkamah Agung AS memang melarang eksekusi orang yang mengalami gangguan mental, tapi menyerahkan keputusan kapan seseorang dinilai cacat mental kepada masing-masing negara bagian "Hampir semua negara bagian dengan hukuman mati menarik batas IQ di bawah 75", kata Richard Dieter dari Pusat Informasi Hukuman Mati. "Negara-negara bagian ini memakai definisi ilmiah untuk gangguan mental. Dari situ banyak terdakwa dapat selamat dari hukuman mati. Hanya Texas bersikap lain," ujar Dieter.

ADVANCE FOR SUNDAY, JUNE 17 AND THEREAFTER - FILE - This Jan. 25, 2012 file photo shows the Supreme Court Building in Washington. Some are already anticipating the Supreme Court’s ruling on President Barack Obama’s health care law as the “decision of the century.” But the justices are unlikely to have the last word on America’s tangled efforts to address health care woes. The problems of high medical costs, widespread waste, and tens of millions lacking insurance will require Congress and the president to keep looking for answers, whether or not the Affordable Care Act passes the test of constitutionality. (Foto:J. Scott Applewhite, File/AP/dapd)
Mahkamah Agung (Supreme Court) di WashingtonFoto: dapd

Negara bagian Texas secara resmi menerima batas IQ 70, meski demikian tetap memegang kategori dari dokter negara bagiannya sendiri. Juga demikian halnya bagi Marvin Wilson. "Karir kriminalnya sebagai penjual obat bius menunjukkan bahwa ia dapat mengatur uang“, demikian argumen yang disampaikan jaksa. Dan pembunuhan atas informan polisi berusia 21 tahun dilakukannya dengan darah dingin. Pengadilan di Texas menerima argumen itu dan pada tahun 1974 menjatuhkan vonis hukuman mati bagi Wilson. Walaupun tidak pernah terdapat kejelasan, apakah Wilson atau komplotannya lah yang membunuh informan polisi yang bersangkutan, kritik Profesor hukum Kovarsky: “Komplotannya dihukum seumur hidup. Satu-satunya petunjuk bahwa Wilson pelakukanya datang dari istri sang komplotan. Marvin menyatakan pengakuan kepadanya.“

Eksekusi dari Marvin Wilson adalah putusan hukuman mati ke-7 untuk tahun ini di Texas. Tujuh terdakwa lainnya akan berlangsung pada paruh kedua tahun ini. Lebih dari sepertiga semua kasus hukuman mati di AS berlangsung di negara bagian Texas.

Martin Ganslmeier/Dyan Kostermans

Editor: Vidi Legowo-Zipperer