1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan Cina-Korea Utara

5 Oktober 2009

Cina dan Korea Utara ingin memperkuat hubungan diplomatis untuk menjaga perdamaian di wilayah tersebut. Cina mendapat tekanan untuk arahkan Korea Utara kembali ke meja perundingan.

https://p.dw.com/p/Jy7A
Kim Jong Il sambut Wen Jiabao secara pribadi dalam kunjungan kenegaraan di Pyongyang.Foto: AP

Cina dan Korea Utara berjanji akan memperkuat hubungan kedua negara yang dapat menjadi dasar bagi perdamaian di wilayah tersebut. Demikian Presiden Cina Hu Jintao dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Il dalam pesan yang menandai 60 tahun hubungan diplomatis kedua negara. Saat ini Perdana Menteri Cina Wen Jiabao sedang melakukan kunjungan tiga hari di Korea Utara. Wen yang merupakan tamu terpenting Korea Utara dari Beijing setelah kunjungan Hu Jintao di tahun 2005, secara pribadi disambut oleh Kim Jong Il di bandar udara Pyongyang hari Minggu (04/10).

Pendekatan diplomatis negara ekonomi terbesar ketiga di dunia ini terhadap rezim komunis Korea Utara merupakan langkah yang bertentangan dengan keinginan garis keras Washington dan Tokyo. Sejumlah pemerintahan menekan Cina untuk menggunakan bantuan pasokan energi dan bahan pangannya untuk mengekang perkembangan senjata nuklir Korea Utara. Beijing beberapa kali marah karena provokasi senjata nuklir Pyongyang, namun berulangkali mengatakan, sanksi tidak akan membawa kemajuan. Ini hanya dapat diperoleh dari perundingan-perundingan baru.

Juga dalam kunjungan ini Wen diharapkan dapat meyakinkan pimpinan di Pyongyang untuk kembali merundingkan pelucutan senjata atom. Tetapi pengamat berpendapat, tidak akan diraih kemajuan yang berarti. Zhang Liangui, pakar Korea Utara dari institusi negara yang cukup berpengaruh di Beijing, mengatakan, dengan aksi seperti ini Korea Utara hanya berusaha memberikan kesan yang disukai Cina, bahwa negara tersebut merupakan adi daya di dunia. Dengan ini pemerintah di Pyongyang berharap agar pimpinan negara tersebut mendukung otoritas Korea Utara, lanjut Zhang.

Korea Utara terkadang sensitif menyikapi pengaruh Cina yang antara lain mendukung resolusi PBB yang mengecam uji coba atom di negara komunis tersebut. Namun begitu kemuculan Kim yang jarang ketika menyambut Wen, menunjukkan bahwa Korea Utara serius dalam menjalin hubungan baik dengan Cina.

Terlepas dari sambutan baik di Pyongyang, kedua negara ini diduga masih belum sepakat mengenai masa depan perundingan enam negara membahas program atom. Demikian pengamatan pakar Korea Utara Zhang. Cina sudah menjadi tuan rumah dari perundingan ini sejak 2003 dan Cina ingin agar Korut kembali ke meja perundingan. Antara lain karena ini merupakan ajang penting bagi Beijing untuk menunjukkan kecekatannya dalam menjadi mediator.

Perundingan antara kedua negara Korea, Cina, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat dihentikan oleh Korea Utara April lalu dan negara komunis tersebut melakukan percobaan nuklirnya yang kedua sebulan setelahnya. Perdana Menteri Korea Utara, Kim Yong Il, mengatakan kepada Wen Jiabao, Pyongyang bersikap terbuka bagi perundingan bilateral atau multilateral terkait program senjata atomnya. Tetapi sperti pejabat pemerintah lainnya, Kim tidak memberikan dukungan kepada perundingan enam negara. Pakar Korea Utara Zhang Liangui mengatakan, Korea Utara lebih tertarik terhadap perundingan bilateral dengan AS atau bentuk lain yang tidak mengikutsertakan Jepang, dan mungkin juga Cina. Menurutnya, inilah poin perselisihan utama dalam kunjungan ini.

AFP/REUTERS/AR/AG