1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

301110 Ägypten Wahl

1 Desember 2010

Kelompok oposisi terbesar Mesir, Ikhwanul Muslimin, tidak memenangkan satu pun kursi dalam putaran pertama pemilu, Pemilu dibayangi aksi kekerasan dan unjuk rasa.

https://p.dw.com/p/QMkF
Seorang warga mencari namanya di daftar pemilihFoto: DW

Tidak mengejutkan bahwa partai pemerintah Presiden Mesir Hosni Mubarak, NDP, menang dalam putaran pertama pemilu. Dan tidak mengejutkan juga, bahwa Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi terbesar di parlemen Mesir, tidak memenangkan satu kursi pun. Eksistensi Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam yang memiliki 88 kursi di parlemen, telah lenyap dalam putaran pertama pemilihan. Itu berarti hanya beberapa kandidat dari Ikhwanul Muslimin yang akan mengikuti putaran kedua pemilu hari Minggu mendatang (5/12).

Dalam putaran pertama, Partai Demokrat Nasional (NDP) berhasil mengantongi 209 dari 508 kursi di parlemen. Hanya lima kursi diraih oleh kelompok oposisi. 287 mandat lainnya akan diperebutkan dalam putaran kedua.

Karena dilarang mengikuti pemilu, 130 kandidat dari Ikhwanul Muslimin maju sebagai partai independen dalam pemilihan yang digelar hari Minggu lalu (28/11). Ikhwanul Muslimin menjelaskan, walaupun dalam putaran pertama tidak meraih satu kursi pun di parlemen, 26 kandidatnya lolos untuk mengikuti putaran kedua. Partai liberal Wafd juga tidak mendapatkan suara namun sejumlah calon anggota legislatifnya juga dapat mengikuti putaran berikutnya. Sebanyak 5.000 kandidat mencalonkan diri untuk memperebutkan 508 mandat di parlamen. Pemilihan penentuan hari Minggu besok akan memutuskan pembagian akhir kursi di parlemen.

Indikasi awal hasil putaran pertama pemilu menunjukkan, bahwa kandidat dari partai yang berkuasa akan memenangkan mayoritas kursi parlemen. Hal ini terlihat jelas dari penurunan signifikan jumlah kursi yang diperoleh Ikhwanul Muslimin di putaran pertama. Dan Ikhwanul Muslimin juga menyebutkan, di awal pemilu telah melihat akan ada kecurangan pemilu yang meluas. Terdapat bukti yang kuat pendukung Ikhwanul Muslimin dicegah memberikan suaranya pada hari pemilu lalu. Kecurangan itu menyebabkan pemilu dibayangi aksi kekerasan dan aksi protes. Para pengunjuk rasa mempertanyakan jalannya pemilu. Hafez Abus Saada, aktivis hak asasi manusia asal Mesir mengritik, „konstitusi dan keputusan pengadilan tidak dihiraukan, media diawasi dan pencalonan kandidat dihalangi, kebenaran hukum pemilihan ini patut dipertanyakan.“

Kubu Ikhwanul Muslimin dan kelompok oposisi lainnya menilai hasil awal pemilu sebagai tanda bahwa Partai Nasional Demokrat (NDP) yang berkuasa bermaksud memperkuat posisinya sebelum pemilihan presiden tahun mendatang. NDP dikatakan oleh kubu oposisi sudah merancang monopoli parlemen.

Sekitar 42 juta warga Mesir berhak memberikan suaranya dalam pemilu anggota parlemen. Parlemen baru terdiri dari 518 anggota, 508 dipilih dan 10 lainnya akan ditunjuk oleh presiden.

Andriani Nangoy/afp/dpa

Editor: Vidi Legowo-Zipperer