1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hashim Djojohadikusumo: SBY Gagal Atasi Ekstremisme

Shaun Tandon (afp)23 Desember 2013

Saat Indonesia bersiap menuju Pemilu 2014, adik lelaki Prabowo Subianto mempromosikan kakaknya di Amerika Serikat sebagai kandidat presiden yang mampu mengatasi gerakan ekstremis Islam di Indonesia.

https://p.dw.com/p/1Af1v
Foto: AP

Pengusaha kaya Hashim Djojohadikusumo, adik lelaki dari kandidat presiden Prabowo Subianto, menilai kekerasan dalam beberapa tahun terakhir terhadap umat Kristen, Ahmadiyah dan kaum minoritas lainnya menunjukkan 'kegagalan total' pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam menjamin toleransi beragama.

"Saya akan memberi mereka nilai F-minus," ucap Hashim kepada kantor berita AFP dalam sebuah kunjungan ke Washington baru-baru ini untuk mempromosikan kakak kandungnya.

Hashim mengatakan Prabowo sebagai presiden akan menegakkan hukum yang melindungi kebebasan beragama - sebuah kebijakan luar negeri penting bagi mayoritas pembuat kebijakan Amerika Serikat.

"Pemerintah Amerika Serikat harus lebih aktif dalam menyuarakan keberatan atas kelalaian pemerintahan Indonesia melindungi minoritas," tegasnya.

Dianggap pelanggar HAM

Pernyataan Hashim terkait kakaknya sebagai pembela kaum minoritas dilontarkan meski Prabowo saat menjabat komandan militer memimpin operasi melawan aktivis pro-demokrasi ketika Suharto jatuh tahun 1998.

Amerika Serikat menolak memberikan visa bagi Prabowo atas dasar kemanusiaan.

Hashim berargumentasi bahwa kakaknya tidak sendiri dalam peran militer saat itu. Ia juga membela kebijakan ekonomi populis kakaknya, termasuk penilaian bahwa sektor perbankan Indonesia terlalu terbuka.

"Mungkin itu bentuk nasionalisme. Yang jelas bukan xenophobia. Kami hanya ingin keadilan," kata Hashim.

Prabowo, menurutnya, mendukung investasi asing dan 'bukan seorang Hugo Chavez,' mengacu pada mendiang pemimpin kiri Venezuela.

Indonesia-AS akan tetap kuat

Hashim menyerukan kepada Amerika Serikat untuk memberi dukungan monitor pemilu, memperingatkan besarnya potensi kecurangan.

Seorang pejabat senior Washington mengatakan bahwa Amerika Serikat siap mendukung namun menambahkan bahwa masalah pada pemilu 2009 adalah murni teknis dan tidak dapat dilihat sebagai upaya untuk mencurangi hasil pemilu.

"Secara keseluruhan, saya rasa kami cukup yakin akan demokrasi di Indonesia," ungkap pejabat tersebut yang menolak namanya disebutkan.

Sang pejabat mengatakan pemerintahan Presiden Barack Obama - yang menjadikan hubungan dengan Asia sebagai prioritas penting - bersikap netral terhadap pemilu 2014 dan mengharapkan hubungan dengan Indonesia akan tetap erat baik siapa pun yang menang.