1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hari Pertama Pertemuan Penuh Rasa Optimis

8 Desember 2009

Konferensi iklim di Kopenhagen merupakan harapan dunia. Dengan kata-kata ini Perdana Menteri Denmark Lars Loekke Rasmusem membuka KTT Iklim yang dihadiri 1.200 peserta dari 192 negara.

https://p.dw.com/p/KxDl
PM Denamark Lars Loekke Rasmussen berpidato dalam acara pembukaan KKT Iklim KopenhagenFoto: AP

Rasmussen menambahkan bahwa perubahan iklim tidak mengenal batas negara dan imbasnya dirasakan seluruh umat manusia. Connie Hedegaard, menteri lingkungan hidup Denmark yang akan menjabat komisaris urusan iklim Uni Eropa mengingatkan bahwa konferensi ini adalah peluang untuk menghentikan pemanasan global.

Menjelang KTT Iklim, sejumlah pengkritik mempertanyakan keabsahan riset perubahan iklim. Bulan lalu, hacker komputer mempublikasiakan ribuan e-mail intern Universitas Anglia Timur di Internet. Para pengkritik lantas menuduh pakar iklim menutup-nutupi sejumlah data yang menggoyahkan teori bahwa manusialah yang bertanggung jawab perubahan iklim.

Kepala Panel Antarpemerintah PBB untuk perubahan iklim (IPCC) Rajendra Pachauri menepis tuduhan para pengkritik. "Insiden pencurian e-mail ilmuwan Universitas Anglia Timur menunjukkan bahwa ada pihak-pihak yang tidak takut melakukan tindakan ilegal untuk mendiskreditkan IPCC. Tapi panel iklim memiliki catatan evaluasi yang transparan dan objektif yang dikumpulkan selama 21 tahun."

Selasa (08/12) ini, ribuan delegasi membahas masalah prosedural dan memasuki diskusi teknis menyoal cara menghentikan pemanasan global. Perundingan memanfaatkan sistem two-track approach atau pendekatan dua jalur. Sebagian perundingan fokus pada revisi dan aktualisasi Protokol Kyoto mengenai emisi gas rumah kaca yang diluncurkan tahun 1997. Perundingan lainnya merangkul semua delegasi, termasuk negara yang tidak meratifikasi Protokol Kyoto, seperti misalnya Amerika Serikat.

Selain itu, sejumlah organisasi lingkungan dan LSM meluncurkan sejumlah laporan seputar riset perubahan iklim. Laporan kelompok lingkungan Germanwatch misalnya mencantumkan bahwa Bangladesh, Myanmar dan Honduras termasuk negara yang paling parah terkena imbas perubahan iklim dalam dua dekade terakhir. Laporan lainnya yang diluncurkan Badan Meteorologi Internasional merangkum data-data terakhir dampak perubahan iklim.

Hari pertama KTT Iklim diwarnai suasana optimis. Sejumlah negara berjanji menurunkan emisi gas rumah kacanya, termasuk di antaranya Jerman. Menteri lingkungan Jerman Norbert Röttgen menyampaikan, "Kami datang ke Kopenhagen dengan mengusung niat pemerintah Jerman untuk mengurangi emisi CO2 Jerman sebanyak 40 persen sampai tahun 2020. Di Uni Eropa kami menargetkan penurunan 20 persen, mungkin nantinya ini bisa menjadi 30 persen. Jerman menjanjikan pemangkasan 40 persen, saya kira ini adalah janji yang kuat."

Di hari pertama perundingan juga diumumkan bahwa 110 pemimpin negara berencana menghadiri putaran perundingan terakhir pekan depan. Terlepas dari rasa optimis yang menyelimuti delegasi KTT Iklim di awal perundingan, para perunding meragukan apakah pemerintahan negara dunia berhasil menyetujui kesepakatan yang mengikat dalam waktu dekat.

ZER/HP/dpa/ard