1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harapan Baru Perdamaian di Kolumbia

Nils Naumann/Dyan Kostermans30 Agustus 2012

Perdamaian diharapkan warga Kolumbia sejak 40 tahun. Kini kelompok gerilyawan FARC melakukan pembicaraan rahasia dengan pemerintah untuk mengakhiri perang saudara.

https://p.dw.com/p/160Ap
Das Archivbild zeigt Guerillas der marxistischen Rebellenorganisation "Revolutionäre Streitkräfte Kolumbiens" (FARC), die am 9.2.2001 während eines zweiten Treffens zwischen dem kolumbianischen Präsidenten Pastrana und dem Rebellchef Marulanda das umliegende Gelände bewachen. Die marxistischen Guerilla-Kämpfer haben einen Projektleiter der Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) entführt. Er wurde mit seinem Bruder und einem Freund, die zu Besuch waren, am Mittwoch (Ortszeit) in einem Indio-Gebiet rund 330 Kilometer südwestlich der Hauptstadt Bogota verschleppt. Nach Angaben des Pressesprechers der Provinz Cauca vom Donnerstag (19.07.2001) hat sich die linksgerichtete Rebellen-Organisation FARC (Revolutionäre Streitkräfte Kolumbiens) zu der Entführung «aus politischen Motiven» bekannt. Sie wolle damit gegen die großflächige chemische Besprühung von Koka-Feldern in dem Gebiet protestieren. dpa
Pemberontak Kolumbia FARCFoto: picture-alliance/dpa

Presiden Kolumbia Juan-Manuel Santos punya target besar. Sejak memasuki jabatannya dua tahun lalu, ia menjanjikan warga Kolumbia kesejahteraan dan perdamaian. "Kolumbia tanpa gerilyawan itu mungkin. Kami akan membuktikannya."

Janji tersebut sudah pernah dilontarkan beberapa presiden sebelum Santos. Tapi sementara kepala negara Kolumbia pergi silih berganti, lawan mereka tetap. Yakni kelompok marxis-leninis FARC (Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia) dan kelompok lebih kecil Pasukan Pembebasan Nasional ELN. Sejak lebih dari 40 tahun gerakan gerilyawan tertua Amerika Selatan berjuang melawan negara Kolumbia. Konflik yang sudah meminta ratusan ribu korban.

A police officer takes cover in a coca field during a raid to destroy a cocaine lab in Puerto Concordia in Colombia's southern Meta state, Wednesday Jan. 25, 2012. Police seized cocaine and chemicals at the lab, which according to the commander of anti-narcotic police Gen. Luis Perez, belongs to rebels of the Revolutionary Armed Forces of Colombia, FARC. (AP Photo/Fernando Vergara)
Konflik dengan gerilyawan Kolumbia FARCFoto: dapd

Dari Simpati Menjadi Antipati

Gerakan gerilya Kolumbia itu muncul pertengahan tahun 1960-an dengan tujuan memperjuangkan reformasi pertanian dan pembagian kesejahteraan secara lebih adil. Tuntutan itu di kalangan penduduk yang miskin mendapat simpati, karena Kolumbia termasuk negara di dunia yang pembagian pendapatannya paling tidak merata.

Meskipun demikian, sekarang hampir tidak ada warga Kolumbia yang menunjukkan pengertian terhadap gerilyawan. Terlalu besar korban darah yang harus dibayar penduduk dalam beberapa dekade terakhir. Penculikan, pemerasan, serangan-serangan bom, pembunuhan massal dan perekrutan paksa anak-anak di bawah umur. Metode yang digunakan FARC dan ELN membuat orang marah terhadap mereka.

Counter narcotics police walk through a coca field as they arrive to destroy a cocaine lab in Puerto Concordia in Colombia's southern Meta state, Wednesday Jan. 25, 2012. Police seized cocaine and chemicals at the lab, which according to the commander of anti-narcotic police Gen. Luis Perez, belongs to rebels of the Revolutionary Armed Forces of Colombia, FARC. (AP Photo/Fernando Vergara)
Polisi anti narkoba melintasi ladang kokainFoto: dapd

Berdagang Obat Bius

Selain itu gerakan yang menamakan dirinya militer pembebasan, sejak beberapa tahun terlibat dalam perdagangan obat bius besar-besaran. Kawasan-kawasan yang dikuasai FARC dan ELN mengalami booming marihuana dan opium. Organisasi gerilya melindungi laboratorium milik para mafia obat bius.

Itu adalah salah satu halangan utama untuk peluang proses perdamaian. Masih diragukan apakah FARC dan ELN benar-benar bersedia mengesampingkan pendapatan ilegalnya itu. Selain itu Ariel Àvila, peneliti perdamaian pada Institut Nuevo Arco Iris menjelaskan, banyak komandan gerakan gerilya yang terancam diekstradisi ke Amerika Serikat. „Harus ada kesepakatan dengan masyarakat internasional, yang menghindari upaya ekstradisi terkait perdagangan obat bius atau kejahatan pelanggaran kemanusiaan.“

Mitra Bicara yang Melemah

Jadi mengapa kini gerilyawan mau berunding? Salah satu alasannya mungkin terletak pada kelemahannya. Walaupun FARC dan ELN masih tetap hadir di sejumlah kawasan negara itu, pengikutnya jauh berkurang dibanding dulu. Menurut keterangan militer Kolumbia, saat ini FARC memiliki sekitar 8000 pejuang. Beberapa tahun lalu jumlah itu masih sekitar 18 ribu orang. Sementara pada ELN kekuatannya berkisar 3000. Pada beberapa tahun terakhir pasukan Kolumbia menewaskan banyak tokoh penting gerilya.

FILE - In this April 28, 2000 file photo, Alfonso Cano, a Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) commander who will head the Boliviarian Movement, a new clandestine political party for the rebels, attends a practice ceremony for the political party opening outside of San Vicente del Caguan in the FARC controlled zone of Colombia. According to Colombian military authorities, Cano, the top FARC commander, was killed in a military operation on Friday Nov. 4, 2011. (AP Photo/Scott Dalton, File)
Mendiang tokoh FARC Alfonso Cano do CaguanFoto: AP

Sudah pernah sekali gerakan gerilya memanfaatkan pembicaraan perdamaian untuk mengumpulkan kekuatan dan menata ulang organisasi. Tahun 1998 atas perintah presiden Kolumbia saat itu Andrés Pastrana, militer mengosongkan kawasan yang luasnya kira-kira sebesar Swiss di selatan Kolumbia. Tapi tempat perundingan di Caguan hanya menjadi ajang pertunjukan dan pembicaraan itu menjadi bulan-bulanan. Pimpinan gerilya menampilkan dirinya kepada dunia dalam seragam loreng dan bersenjata kalasnikov. Mereka tidak mau menyerahkan senjata ataupun menghentikan penculikan dan penyerangan. Perundingan tersebut akhirnya gagal awal tahun 2002, di saat situasi keamanan di negara itu semakin memburuk. Selanjutnya kebanyakan warga Kolumbia tidak peduli lagi tentang perundingan perdamaian.

Antara Harapan dan Skeptis

Presiden Kolumbia saat ini Juan Manuel Santos, seperti juga pendahulunya Alvaro Uribe, mengandalkan kekuatan militer. Sekaligus ia tidak pernah menutup kemungkinan mendekati FARC dan ELN. Santos selama ini hanya menyebut-nyebut tentang perundingan awal. Rincian tentang isi perundingan tersebut tidak ia sampaikan. Menurut keterangan media, perundingan perdamaian sebenarnya akan berlangsung 5 Oktober mendatang di ibukota Oslo, Norwegia untuk kemudian dilanjutkan di Kuba. Selama ini hanya FARC yang ikut ambil bagian. Tapi sementara ini kelompok gerilya lebih kecil ELN, sudah menyatakan kesediaannya.

Colombia's President Juan Manuel Santos speaks during the presentation of diverse government achievements in Cali, Colombia, August 2, 2012. The President of Colombia, Juan Manuel Santos makes two years in office on August 7, 2012, half of the period for which he was elected, with a sharp slump in popularity and several problems, August 6, 2012. Photo: Javier Casella /SIG / Handout/ dpa/ au ++ FOR EDITORIAL USE ONLY/NO SALES ++ pixel
Juan Manuel SantosFoto: picture-alliance/dpa

Banyak pengamat menyambut gagasan pemerintah Kolumbia. Minat semua partai yang berkonflik pada perundingan itu saja, sudah merupakan keberhasilan. Kata Carlos Gaviria Diaz, mantan anggota hakim mahkamah konstitusi. Tapi ada juga suara-suara skeptis, misalnya dari Jaime Jaramillo. “Selama ini FARC tidak benar-benar menunjukkan keinginan perdamaian. Kami perlu gencatan senjata, para pejuang harus menyerahkan senjatanya dan didemobilisasi. Kami sudah jenuh dengan perundingan perdamaian terus-menerus, yang tidak memberikan kami perdamaian.”