1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hanya 4 Teroris Tewas Dalam Serangan Thamrin

18 Januari 2016

Polisi mengoreksi angka teroris yang tewas dalam serangan ke Starbucks dan pos polisi lalu lintas dekat Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta. Satu orang yang tewas dan tadinya diduga teroris, ternyata warga sipil.

https://p.dw.com/p/1HfFK
Foto: Getty images/AFP/M. Vatsyayana

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyatakan telah menahan 12 orang di berbagai lokasi di Indonesia pasca serangan teror di Jalan Thamrin Jakarta. Namun Polri masih meneliti sejauh mana keterlibatannya.

"Tim masih meneliti seberapa jauh keterlibatan mereka semua dengan bom yang terjadi di Sarinah," kata jurubicara kepolisian Inspektur Jenderal Anton Charliyan di Mabes Polri Jakarta hari Minggu (17/01).

Dia menjelaskan, para terduga yang kemungkinan memiliki kedekatan dengan bom Thamrin adalah tiga orang yang ditangkap di Cirebon. Karenabom rakitan yang ditemukan di Cirebon berbentuk sama dengan yang digunakan dalam serangan di Jalan Thamrin.

Sebelumnya Polri mengoreksi angka teroris yang tewas dalam serangan Kamis lalu. Tadinya disebut-sebut ada 5 teroris yang tewas saat kejadian, tapi kepolisian kini memastikan, satu orang yang tewas adalah warga sipil dan tidak terkait aksi teror itu. Dengan demikian, ada empat teroris yang tewas di tempat, dan korban sipil hingga kini ada 4 orang yang meninggal.

Indonesien Nach den Bombenanschlägen in Jakarta
Densus 88 memburu teroris di Cirebon, Jawa BaratFoto: Getty images/AFP/Str

12 orang yang kini ditahan polisi dicurigasi anggota kelompok teror pimpinan Bahrun Naim, militan Islam yang disebut-sebut sebagai dalang serangan Thamrin dan saat ini diduga berada di Suriah bergabung dengan ISIS.

Intoleransi terhadap kebebasan beragama akar radikalisme

Menurut penelitian yang dilakukan Setara Institute, intoleransi terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah salah satu penyebab timbulnya aksi teror di Indonesia. Warga yang makin intoleran dan tidak tidak puas kemudian bisa memilih bergabung pada kelompok-kelompok radikal dan melakukan aksi teror.

"Bom di Thamrin kemarin menunjukkan persoalan intoleransi sebagai titik awal terorisme," kata Direktur Eksekutif Setara Institute Hendardi dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat hari Senin (18/01).

Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani menerangkan, para pelaku teror pada awalnya adalah pelaku intoleran yang tergabung dalam organisasi masyarakat keagamaan.

Teroris Indonesia dapat dana dari Timur Tengah

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) M Yusuf membenarkan adanya aliran dana dari luar negeri yang dipakai untuk membiayai aksi teror di Indonesia. Uang tersebut masuk ke Indonesia melalui transfer.

Yusuf menerangkan, ada seseorang yang menetap di negara tetangga pada wilayah selatan dan mengirimkan sejumlah dana ke Indonesia. Dana itu berasal dari beberapa negara asing, salah satunya negara di kawasan Timur Tengah.

Indonesien Prozess Abu Bakar Bashir islamischer Kleriker
Pendiri Jamaah Islamiyah, Abu Bakar Ba'asyirFoto: Reuters/D. Whiteside

Penerima uang di negara tetangga itu lalu mengirimkannya ke rekening pribadi di Indonesia, termasuk rekening istrinya. Kemudian, uang itu dialirkan kepada sebuah yayasan. Dari yayasan tersebut, dana itu dipakaim untukm memberangkatkan orang-orang yang ingin ikut berperang di daerah konflik.

Ratusan warga Indonesia diduga pernah bergabung dengan teroris ISIS di Timur Tengah lalau kembali lagi ke Indonesia untuk mengukuhkan posisi ISIS di wilayah Asia Tenggara. Salah satu tokoh militan Islam yang pernah mengaku sebagai pengikut ISIS adalah Abu Bakar Ba'asyir, yang kini sedang menghadapi persidangan karena ikut mendanai latihan kelompok militan bersenjata di Aceh.

hp/rn (dpa, afp, kompas, merdeka.com)