1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Grexit : Sebuah Tragedi Yunani

Hendra Pasuhuk6 Juli 2015

Pemilih Yunani telah menyuarakan aspirasinya: OXI atau NO. Mereka menolak usulan bailout dari negara donor. Grexit mengancam. Apa dampaknya hingga generasi mendatang warga tak pernah menimbang. Blog Hendra Pasuhuk.

https://p.dw.com/p/1FtSu
Griechenland Jubel nach Referendum
Foto: Reuters/Marko Djurica

Pemilih Yunani telah menyuarakan aspirasinya: OXI..! Begitu hasil referendum diumumkan, warga berbondong memenuhi Lapangan Syntagma di depan gedung Parlemen di Athena, merayakan "kemenangan" mereka atas apa yang dirasakan sebagai dominasi dan dikte Uni Eropa.

Hasil akhir perhitungan suara referendum menunjukkan mayoritas besar, di atas 60% pemilih menolak agenda penghematan Uni Eropa dan mengikuti anjuran pemerintahan kiri Perdana Menteri Alexis Tsipras agar memilih opsi OXI -Tidak!

Memang pemerintah Yunani sebelumnya melancarkan kampanye gencar untuk mengajak rakyat memilih opsi menolak agenda Uni Eropa. Bahkan Menteri Keuangan Yanis Varoufakis, tokoh intelektual kiri yang sangat populer di negaranya, mengumumkan akan mengundurkan diri jika pemerintah kalah dalam referendum ini.

Opsi yang diajukan dalam referendum itu singkatnya berbunyi: Apakah Anda setuju dengan agenda penghematan yang dituntut Uni Eropa? Mayoritas pemilih Yunani yang selama ini merasa mereka ditekan dan didikte oleh Uni Eropa, lalu bersatu di belakang pemerintahnya. Tidak berarti bahwa semua warga setuju dengan politik kiri Tsipras. Tapi kekesalan mereka pada "arogansi" Uni Eropa lebih besar daripada kritik terhadap kebijakan pemerintah yang belum lama berkuasa itu.

Hasil referendum itu tentu saja memberi semangat baru kepada pemerintahan Alexis Tsipras dalam perundingan-perundingan selanjutnya dengan Uni Eropa. Mereka mendapat mandat yang jelas dari pemilih. Uni Eropa, sebagai persemakmuran yang menjunjung sistem demokrasi, tentu tidak bisa mengabaikan votum rakyat, apalagi dari negara yang menjadi asal muasal pemikiran demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan) itu sendiri.

Tapi kemenangan warga Yunani atas Uni Eropa dalam referendum semalam tentu saja tidak berarti bahwa dengan itu semua persoalan keuangan hilang. Utang Yunani kepada negara-negara Uni Eropa dan para kreditor internasional tidak berkurang sama sekali, bahkan bertambah. Sebab setiap menit, bunga pinjaman terus membukit.

Dalam waktu 48 jam ke depan, pemerintah Yunani harus bisa mencapai kesepakatan tentang skema pinjaman baru dengan para kreditor internasionalnya, terutama Uni Eropa. Tanpa kesepakatan itu,Yunani harus mendeklarasikan gagal bayar, yang bisa berakibat anjloknya rating negara itu ke tingkat sampah.

Hasil referendum ini juga bukan mandat dari rakyat kepada pemerintahan Tsipras untuk melakukan Grexit, istilah populer untuk langkah keluar dari kalangan pengguna mata uang Euro. Jadi dapat dipastikan, dalam waktu dekat, Grexit tidak akan terjadi dan hanya ada dalam wacana teori politik dan ekonomi para ahli dan pengamat.

Lalu apa yang akan terjadi, kalau tidak Grexit? Tidak ada yang tahu. Dan semua warga Yunani sebenarnya masih menunggu perkembangan ini dengan tegang, sekalipun para penonton televisi di berbagai bagian dunia disuguhi meriahnya perayaan kemenangan di jalan-jalan Athena.

Situasi sebenarnya sangat genting. Saat ini, setiap warga Yunani hanya bisa menarik uang maksimal 60 Euro dari rekening bank mereka. Banyak pensiunan yang marah karena tidak bisa membeli obat dan kebutuhan sehari-hari. Toko-toko dan apotik menolak pembayaran dengan kartu bank dan hanya mau menerima uang tunai. Ketidakpastian meluas, tentang apa yang akan terjadi dengan mata uang Euro di Yunani.

Para pemilik tabungan pada beberapa minggu terakhir ramai-ramai menarik uang mereka, membuat situasi perbankan dan keuangan negara makin kritis. Hari-hari terakhir, bank-bank malah tutup dan warga Yunani hanya bisa menarik uang dari ATM, dengan limit yang sudah ditentukan: 60 Euro per hari.

Pemerintah berjanji bahwa bank-bank akan kembali beroperasi hari Selasa. Tapi, tidak ada jaminan untuk itu. Buat apa bank-bank beroperasi, kalau mereka tidak punya uang tunai lagi? Lalu apa jadinya kalau tidak ada bank yang buka. Apakah akan muncul kepanikan dan keresahan sosial yang membuat situasi di Yunani makin kacau? Tidak ada yang tahu.

Yang bisa diperhitungkan adalah, jika Grexit suatu hari benar-benar jadi kenyataan, rakyat kecil akan menanggung beban terberat. Warga elit Yunani, termasuk PM Alexis Tsipras dan mantan Menteri Keuangan Yanis Varoufakis, setelah dinonaktifkan Senin (6/7) akan menjadi pihak yang beruntung dari situasi itu. Karena mereka punya tabungan di luar negeri, atau di dalam negeri dalam bentuk mata uang asing Euro. Keluarnya Yunani dari mata uang Euro, akan membuat mereka makin kaya raya. Grexit adalah bentuk ketidakadilan sosial maha besar bagi rakyat Yunani.

Namun untuk saat ini, rakyat Yunani bolehlah merayakan kemenangan mereka, setelah menolak tunduk dan berlutut di hadapan para kreditor internasional. Mereka memilih berdiri tegak, sekalipun mungkin sadar, badai besar segera menghantam..

Di Lapangan Syntagma, rakyat bersorak-sorak merayakan suatu paradigma, tanpa tahu selanjutnya bagaimana. Yunani, lagi-lagi setia pada tradisi hikayat besarnya: kisah drama dan tragedi.