1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gordon Brown Siap Terima Kekalahan

6 Mei 2010

Pemilihan Umum Inggris berlangsung hari Kamis ini (06/05). Pada hari kampanye terakhir Rabu (05/05), semua calon mengerahkan segala upayal untuk meraup simpati pemilih.

https://p.dw.com/p/NFQp
PM Inggris Gordon BrownFoto: AP

Partai Buruh yang selama 13 tahun terakhir menempati 10 Downing Street, berada di ambang kekalahan. Sehari sebelum Pemilu, Partai Buruh berada di posisi ketiga dalam survei perolehan suara. Peringkat ini jauh di bawah Partai Konservativ dengan pemimpinnya David Cameron, dan bahkan di bawah Liberal Demokrat dengan tokohnya Nicholas Cleg.

Perdana menteri yang sedang berkuasa, Gordon Brown, mengisyaratkan kesadaran bahwa Partai Buruh kali ini di ujung tanduk dan seakan siap menerima kekalahan. Dalam wawancara pada sebuah program pagi sebuah stasiun televisi Inggris, Gordon Brown menyiratkan, jika partainya kalah sesuai jajak pendapat, dialah yang harus disalahkan. “Dari sisi politik jika ada yang keliru, sayalah yang akan harus disalahkan . Saya akan memikul tanggung jawab penuh.”

Ia berdalih, beberapa tahun terakhir ini dunia memang mengalami masa sulit. Bukan cuma Inggris. Dan sebagai perdana menteri ia harus mengambil banyak langkah dan keputusan yang pahit. Betapapun ia tetap mengungkapkan optimisnya bahwa pada akhirnya, saat memilih hari Kamis ini (06/05), rakyat Inggris akan menyadari masalahnya, dan beralih memberikan suara ke Partai Buruh.

Namun kenyataannya, tak sedikit para politikus yang seakan sudah bersikap pasrah dan sekadar berharap bisa meraih posisi kedua. Langkah putus asa para petinggi Partai Buruh terlihat jelas dari seruan mereka terhadap para pendukung untuk mengalihkan dukungan pada Partai Liberal Demokrat, sekadar demi menjegal seteru politik mereka, Partai Konservatif.

Pukulan bagi kepemimpinan Brown datang bertubi-tubi sejak kandidat anggota parlemen dari Partai Buruh, Manish Sood, menyebut Brown sebagai perdana menteri Inggris terburuk, serta keputusan surat kabar bisnis Financial Times yang berpengaruh untuk mengalihkan dukungan bagi Partai Konservatif.

Partai Konservatif di bawah sayap David Cameron saat ini memimpin perolehan suara. Sementara Partai Liberal Demokrat berada di posisi kedua setelah mengalami kenaikan tingkat popularitas dari 22 persen hingga 29 persen berkat penampilan prima Nick Clegg saat debat Pemilu antara ketiga pemimpin partai di televisi nasional.

Terlepas dari itu berbagai jajak pendapat menunjukkan, tidak akan muncul pemenang mutlak. Padahal dalam jajak pendapat beberapa bulan lalu, Partai Konservatif unggul jauh. Artinya, bahkan Partai Konservatif pun mengalami penurunan dukungan dalam proses polrtik beberapa waktu terakhir.

Sebagian politikus Partai Buruh berusaha memanfaatkan momentum penurunan suara Konservativ, dengan melancarkan lobi-lobi kemungkumkinan pembagian kekuasaan dengan partai Liberal Demokrat yang tampak mendapat banyak dukungan. Namun Liberal Demokrat di bawah sang bintang Pemilu Inggris kali ini, Nick Clegg, belum menentukan, partai mana yang akan ia dukung jika datang saatnya pembicaraan mengenai aliansi atau pemerintahan koalisi.

Masalahnya, jika Partai Buruh gagal menggembosi Konservatif, sementara Liberal Demokrat semakin melejit, partai kiri tengah ini menghadapi salah satu kekalahan terburuk dalam sejarahnya dengan hanya menduduki posisi ketiga. Gordon Brown pun tampaknya akan jatuh bukan saja dari posisi sebagai perdana menteri, elainkan juga sebagai Ketua Partai Buruh.

Gordon Brown menyadari prospek suram itu. Dalam wawancara yang dilakukan bersama isterinya, Sarah, ia sudah memberi ancer-ancer apa yang akan dilakukannya, “Jika saya tidak dapat membuat perubahan lagi, saya akan hengkang dan mengerjakan hal lain di luar politik.”

Terinspirasi oleh istrinya, Sarah, Brown menandaskan niatnya untuk terjun dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. “Saya tidak mau berbisnis atau apapun sejenisnya. Saya hanya ingin berbuat baik.”

Paramita

Editor: Ging Ginanjar