1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gita Wirjawan Fokus Kampanye Capres

31 Januari 2014

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, hari Jumat (31/1) meletakkan jabatannya, untuk fokus berkampanye dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat yang berkuasa.

https://p.dw.com/p/1AzyP
Foto: cc-by-sa-2.0-World Economic Forum; Ms. Sikarin Thanachaiary

Bekas bankir investasi lulusan Amerika Serikat itu termasuk satu dari sepuluh kandidat yang bersaing untuk dinominasikan sebagai calon presiden oleh partai yang belakangan suaranya menurut jajak pendapat terus menurun karena diguncang kasus korupsi.

“Saya telah bertemu presiden dua hari lalu dan ia menerimanya (pengunduran diri),“ kata Gita kepada para wartawan.

Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang juga dikenal sebagai pemilik jaringan media, diperkirakan bakal melakukan langkah serupa, yang akan memaksa presiden melakukan perombakan kecil kabinet pada akhir pekan ini.

Namun dengan pemerintahan yang usianya tinggal beberapa bulan lagi, para menteri baru yang akan ditunjuk nanti tidak akan bisa melaksanakan perubahan kebijakan yang signifikan.

Pemilu parlemen akan digelar April. Partai-partai politik harus mengamankan jumlah perolehan suara 20 persen dari kursi parlemen atau 25 persen jumlah suara agar bisa mencalonkan seorang kandidat dalam pemilihan presiden bulan Juli mendatang.

Hanya akan sedikit kalaupun ada, yang diperkirakan bakal memenuhi syarat bisa mencalonkan presiden – memaksa partai-partai politik untuk membangun aliansi agar bisa mengajukan kandidat mereka dalam pemilihan presiden.

Gita Wirjawan yang berpenampilan fisik dan personalitas yang biasa disukai pemirsa televisi, jarang terdendar dalam berbagai jajak pendapat mengenai calon presiden. Ia mengaku menargetkan para pemilih muda, perempuan dan lebih dari sepertiga pemilih yang kata dia tidak berniat memberikan suara.

Jokowi terdepan

Kandidat presiden paling populer adalah Gubernur Jakarta Joko Widodo, yang lebih dikenal dengan panggilan Jokowi. Tapi, partai oposisi terbesar PDI Perjuangan tempat Jokowi berasal mengatakan baru akan mengajukan nama calon presiden setelah pemilihan parlemen April mendatang.

Seiring mendekatnya pemilu, kecemasan muncul terkait kegagalan presiden yang sebentar lagi akan meninggalkan jabatannya yakni Susilo Bambang Yudhoyono untuk memecahkan masalah penting yang dihadapi negara kekuatan ekonomi terbesar Asia Tenggara tersebut.

Khususnya terkait kelemahan infrastruktur yang dianggap menyebabkan sulitnya industri berkembang dan membuat para kompetitor regional melaju di depan.

Yudhoyono yang tidak bisa mencalonkan diri lagi karena telah dua periode menjabat, menghadapi kritik karena sikapnya yang bimbang dalam menghadapi sejumlah isu penting. Sebaliknya, sebagian besar popularitas yang diraih Jokowi adalah berkat gaya kepemimpinannya yang langsung dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan rakyat biasa yang melihatnya sebagai pejabat yang berpihak kepada mereka.

ab/hp (rtr,ap,afp)