1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Genosida Armenia dan Dosa Sejarah Usmaniyah

23 April 2015

Desakan Uni Eropa dan Vatikan kepada Turki untuk megambil alih tanggung jawab Kesultanan Usmaniyah dalam kasus "genosida" etnis Armenia pada saat Perang Dunia I tahun 1915 memicu perdebatan panas.

https://p.dw.com/p/1FDSZ
Armenien Völkermord ARCHIV
Foto: Auswärtiges Amt

Sengketa istilah "genosida" etnis Armenia di zaman kesultanan Usmaniyah pada saat berkecamuknya Perang Dunia I juga menjadi sorotan harian-harian Eropa. Pro dan kontra mewarnai diskusi tema tersebut. Turki dan Uni Eropa kini terlibat debat diplomasi panas dalam penilaian peristiwa yang terjadi tahun 1915 itu. Jerman yang di saat Perang Dunia I mendukung Kesultanan Usmaniyah, kini dalam posisi sulit untuk memutuskan sikap. Mengakui istilah genosida berarti akan ada efek ikutannya atas dukungan pada Kekaisaran Usmaniyah.

Koran Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung dalam tajuknya mengritik sikap pemerintah Jerman yang ragu menyebut resmi peristiwa itu sebagai genosida. Harian yang terbit di Frankfurt am Main ini lebih lanjut menulis: pemerintah Jerman tidak bisa memberikan pembenaran untuk tidak menggunakan istilah genosida terhadap peristiwa yang terjadi saat Perang Dunia I di tahun 1915 itu. Bahkan hanya dipersengketakan, bagaimana menyebut istilah deportasi dan pembunuhan etnis Armenia dari kawasan Kesultanan Usmaniyah itu, yang bertahun-tahun lamanya ditutup-tutupi oleh pemerintah Turki. Bagi Jerman ada alasan kuat untuk tidak menyebut pembunuhan etnis Armenia itu sebagai genosida, karena Jerman ikut bersalah dalam peristiwa tersebut.

Harian Jerman lainnya Handelsblatt yang terbit di Düsseldorf berkomentar: Hormat kepada anggota parlemen yang memaksa pemerintah Jerman dan Kanselir Merkel agar tidak lagi menggunakan istilah bersayap berdasar pertimbangan politik dan moral, untuk menyebutkan pembunuhan massal hingga 1,5 etnis Armenia di Kekaisaran Usmaniyah pada saat Perang Dunia I. Tapi juga ada kesan yang amat mendalam, terkait dosa sejarahnya betapa sulitnya tokoh politik Jerman menyebut pembersihan etnis secara tersistem sebagai genosida.

Harian Neues Deutschland lebih menyoriti sikap Amerika Serikat dan perananan Turki di zaman modern ini, dikaitkan dengan istilah genosida pada etnis Armenia. Harian yang terbit di Berlin berkomentar: Barack Obama mengindari istilah genosida. Sebagai presiden sekaligus panglima tertinggi militer, ia memandang Turki sebagai mitra NATO dari perpektif dan prioritas berbeda. Ankara sukses menjual konsepnya sebagi benteng terakhir dalam mencegah gelombang ribuan jihadis yang lewat Turki berusaha memasuki Suriah untuk bergabung dengan Islamic State. Motto AS adalah, mereka tidak akan menekan mitra penting dalam perang melawan teroris ISIS semacam itu.

Sementara harian Austria Der Standard mengulas tekanan Uni Eropa terhadap Turki untuk mengakui genosida terhap etnis Armenia sebagai syarat keanggotaan di Uni Eropa. Harian yang terbit di Wina ini berkomentar: Ini masalah prinsip, apakah Turki ingin menjadi bagian dari Barat yang demokratis dan berlandaskan hukum, atau mengikuti jejak Rusia mengklaim sasaran nasionalnya sendiri. Contoh untuk pengakuan sudah ada. Tidak ada lagi negara Uni Eropa yang kini mengelak dari tanggung jawab sejarahnya dalam pengejaran Yahudi pada Perang Dunia II. Turki akan dipandang sudah matang jadi anggota Uni Eropa, jika bersedia mengambil alih tanggung jawab Kesultanan Usamniayah, sebagai pelaku genosida terhadap etnis Armenia.

as/yf (dpa/afp)