1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gelombang Reformasi Terus Menderu

28 Januari 2011

Gelombang demonstrasi yang dimulai di Tunisia dan merambat ke berbagai negara di dunia menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/106bR
Demonstrasi menentang pemerintahan eks presiden Ben Ali di TunisiaFoto: picture-alliance/dpa

Harian Perancis La Croix melihat kewajiban Uni Eropa sehubungan revolusi Tunisia yang kini juga merambat ke Mesir

“Bau harum revolusi melati di Tunisia menyebar melewati batas negara, dibawa angin yang bertiup kencang. Masalahnya sekarang bentuk kejadian apa yang tidak dapat dihindari dan seberapa besar kejadian yang dapat diterima. Badan luar negeri Eropa yang baru dibentuk sebetulnya dapat mendampingi perubahan ini. Uni Eropa dapat mempermudah, dapat membantu dan membimbing perkembangan tersebut. Ini tidak dilakukannya. Tapi masih belum terlambat. Ke-27 negara Uni Eropa masih dapat mengirimkan pesan yang jelas. Mereka dapat menjelaskan kepada pemerintahan maupun demonstran, bahwa reformasi ekonomi dan sosial pada kenyataannya penting. Dan reformasi adalah sarana paling aman untuk menghindari kekacauan.“

Sementara harian Jerman Süddeutsche Zeitung mengomentari demonstrasi yang berlangsung di Yaman

"Berbeda dengan di Tunis, di Sanaa tidak ada beberapa benteng kekuasaan yang bisa diambil alih melalui revolusi untuk memperoleh pengawasan terhadap negara itu. Dengan demonstrasi saja Presiden Saleh hampir tidak akan mundur. Selama ia masih dapat mengandalkan militer dan garda presiden yang dikomando anak laki-lakinya, presiden Yaman itu tidak akan hengkang. Penggulingan, seandainya pun itu terjadi, tidak dapat diperoleh dari jalanan, melainkan hanya melalui revolusi di istana. Tokoh-tokoh penting di dalam rezim tetap sulit diterawang, sehingga sulit melakukan prognosa. Namun negara itu sudah pasti membutuhkan pembaharuan mulai dari pucuk pimpinan, jika ingin mengakhiri spiral kesengsaraan.“

Media cetak Eropa juga menyorot Forum Ekonomi Dunia yang digelar di Davos Swiss. Harian Perancis Les Echos menulis

"Ada konsensus yang hakiki di Davos. Apa yang berlangsung selama ini tidak dapat terus berlanjut. Wakil pemerintahan, pimpinan perusahaan dan kaum intelektual, semua yang berkumpul di Davos berpendapat bahwa kita pada kenyataannya memerlukan norma bersama untuk sebuah kenyataan baru. Haluan itu kini ditetapkan untuk sasaran jangka panjang. Setelah krisis hebat tahun 2008 peraturan baru untuk sistem keuangan dipandang penting. Sekarang misalnya keamanan bahan pangan harus ditingkatkan. Selain itu merupakan tindak kriminal jika dalam masalah perlindungan iklim tidak terjadi kemajuan. Dan tantangan besar berikutnya adalah sumber daya alam yang semakin langka. Hanya masalahnya: Semua sepakat mengenai sasaran-sasaran jika situasinya darurat. Namun segera bila tidak lagi berada dalam situasi darurat yang mendesak, tidak ada lagi kesepakatan sedikit pun mengenai cara untuk mencapai sasaran-sasaran ini.“

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk