1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gelombang Protes Hantam Suriah

21 Maret 2011

Gelombang protes di dunia Arab kini menghampiri Suriah. Bentrokan antara demonstran dengan aparat keamanan menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Pada upacara pemakaman ribuan orang yang hadir menyerukan revolusi.

https://p.dw.com/p/10dHZ
Para demonstran di Suriah menuntut reformasi dan kebebasan.Foto: AP

Sampai beberapa hari silam Presiden Suriah Bashar Assad masih menolak tuntutan reformasi seperti yang sedang menghantui negara-negara Arab lain. Situasi di Tunisia dan Mesir tidak akan terjadi di Suriah, sumbar Assad, sembari menambahkan, "tidak ada dua negara yang serupa." Namun perlahan dalihnya itu kehilangan bobotnya.

Karena Suriah pun tidak luput dari gelombang protes yang saat ini merajalela di dunia Arab. Sepanjang akhir pekan kemarin ribuan orang berdemonstrasi di kota Daraa menuntut kebebasan. Banyak penduduk diliputi amarah akibat aksi brutal aparat keamanan yang Jumat (18/3) pekan lalu menewaskan lima orang demonstran.

Ketika hari Minggu (20/3) sebuah delegasi pemerintah pusat bertandang ke kota kecil di dekat perbatasan Yordania itu, mereka disambut oleh kepalan tangan para penduduk. Bentrokan yang pecah setelahnya, menyebabkan satu orang tewas dan 60 lainnya luka-luka akibat tembakan peluru tajam aparat kepolisian.

Saksi mata melaporkan, dalam aksi unjuk rasa hari Mingggu para demonstran membakar sejumlah gedung pemerintah, di antaranya kantor gubernur, gedung pengadilan dan kantor pusat Partai Baath yang berkuasa.

Strategi Ganda Hadapi Aksi Demonstrasi

Presiden Bashar Assad sejauh ini mencoba mencegah meluasnya aksi protes di negaranya dengan strategi ganda, di satu sisi dengan merangkul penduduk, di sisi lain dengan mendeskreditkan kelompok reformasi.

Maka ketika delegasi pemerintah hari Minggu mengunjungi keluarga korban di Daraa, mereka berjanji akan menghukum oknum yang bertanggungjawab, karena dinilai menggunakan tindak "kekerasan yang mematikan," terhadap penduduk sipil.

Presiden Assad juga memecat Gubernur provinsi, Faisal Kulthum dan membebaskan 15 orang demonstran yang ditangkap sehari sebelumnya. Kulthum dinilai telah berbuat "kesalahan fatal dalam menghadapi aksi protes di wilayah itu," dan dipecat atas "permohonan penduduk Daraa," begitu laporan kantor berita pemerintah SANA hari Minggu (20/3).

Sebelumnya Kementrian Dalam Negeri juga sudah mengumumkan akan menyelidiki insiden di Daraa dan akan menghukum pejabat yang bertanggungjawab, terlepas apapun "pangkat dan jabatannya".

Propaganda Pemerintah Pojokkan Kelompok Reformis

Namun di tengah upaya diplomasi akar rumput yang dijalankan pemerintah pusat hari Minggu di Daraa, media-media nasional saat yang bersamaan berusaha memojokkan kelompok reformis . Para demonstran disebut sebagai "biang masalah," yang ditunggangi oleh kekuatan asing, terutama Amerika Serikat dan Israel.

Disebutkan, aparat keamanan hanya berusaha melindungi diri sendiri dari aksi brutal para demonstran. Seorang anggota parlemen dari Daraa, Chaled Abbud, bahkan mencurigai adanya pengaruh kelompok teroris Islam yang ikut menggerakkan aksi demonstrasi di Daraa.

Hingga hari Rabu pekan lalu situasi di Suriah sebenarnya masih relatif tenang. Gaung revolusi di Mesir, Tunisia dan Libya memang juga ikut terdengar di negeri ini, namun hanya disambut dengan aksi protes kecil-kecilan yang dapat dibubarkan aparat dalam beberapa menit saja.

Namun hari Jumat belasan ribu penduduk di Damaskus, Homs, Baniyas dan Daraa turun ke jalan. Apaat keamanan menggunakan gas air mata, meriam air dan peluru karet, sementara para demonstran melemparkan batu.

Nugraha/dpa/rtr/afp
Editor: Setiawan