1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Geliat Gunung Agung Usik Pariwisata Bali

26 September 2017

Denyut pariwisata Bali mulai menunjukkan gejala melesu setelah sejumlah negara asing mengeluarkan peringatan perjalanan. Maskapai dan agen pariwisata bersiap menghadapi gangguan perjalanan.

https://p.dw.com/p/2kiDE
Symbolbild Insel Bali
Foto: picture alliance/NurPhoto/N. H. Santoso

Ketika 75.000 penduduk mulai mengungsi dan negara-negara asing memberikan peringatan perjalanan menyusul geliat vulkanik Gunung Agung, sektor pariwisata di Bali mulai terkena imbas.

Sejumlah negara seperti Australia, Singapura, Amerika Serikat, Inggris dan Jerman, mengimbau warganya untuk menunda perjalanan ke pulau dewata. Akibatnya "bisnis menjadi lesu sejak status bahaya Gunung Agung dinaikkan ke level tertinggi," kata Ketut Purnawata, Manajer Dasawana Resort yang terletak kurang dari 30km dari Gunung Agung.

Hampir lima juta wisatawan berkunjung ke Bali tahun lalu, kebanyakan dari Australia, Cina dan Jepang.

Maskapai Australia dan Singapura mengatakan pihaknya mempersiapkan kemungkinan letusan Gunung Agung. Virgin Australia dan Jetstar bahkan mengklaim pihaknya membawa bahan bakar ekstra jika terpaksa memutar arah di tengah perjalanan. 

Jetstar dan maskapai Scoot asal Singapura mengaku telah dihubungi pelanggan yang ingin mengubah jadwal kepergian. "Kurang dari 100 pelanggan memilih menggeser jadwal keberangkatan," tutur seorang jurubicara Scoot.

"Akan ada dampak pada penjualan paket wisata," kata Agustinus Pake Seko, manajer sebuah agen pariwisata di Bali. "Tapi kami belum tahu angkanya."

Untuk sementara ini aktivitas pariwisata Bali masih berlangsung normal. Seorang wisatawan asal Spanyol, Jordi Portalo, 23, misalnya mengaku tidak terganggu oleh potensi erupsi Gunung Agung. "Saya kira akan terjadi. Mungkin kami akan tinggal di sini beberapa hari lebih lama. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujarnya sembari menikmati panorma Nusa Dua.

Saat terakhir kali meletus tahun 1963, Gunung Agung memuntahkan debu vulkanik setinggi 20 kilometer. Abu yang mengendap di langit kemudian terbawa angin dan mencapai wilayah sejauh 1.000 kilometer seperti Jakarta.

rzn/yf (rtr,ap)