1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Geert Wilders dan Pemilu Komunal Belanda

5 Maret 2010

Dalam pemilihan komunal di Belanda, partai anti Islam PVV pimpinan Geert Wilders sukses besar di dua kota. Di Den Haag jadi partai terkuat, di Almere jadi partai terbesar kedua.

https://p.dw.com/p/MNOY
Pimpinan PVV Geert WildersFoto: dpa

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:

Kalau sebuah pemilihan komunal Belanda sampai mendapat sorotan luas di luar negeri, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Yang jadi fenomena, atau lebih baik disebut sebagai 'masalah', adalah politisi populis kanan Geert Wilders. Belanda punya masalah dengan integrasi warga asing, terutama yang berasal dari negara-negara Islam. Tuntutan anti Islam yang diserukan Wilders tidak bisa ditanggapi secara serius, karena tidak menawarkan solusi. Tapi keberhasilan politik Wilders perlu dicermati.

Harian Italia La Reppublica berkomentar:

Hanya dalam beberapa hari saja, Belanda yang dulu dikenal sebagai negara multikultural dan terbuka, tiba-tiba berdiri tanpa pemerintahan yang stabil. Selain itu, fraksi ekstrem kanan makin lama jadi makin kuat. Secara resmi, tidak ada partai lain yang menyatakan mau bekerjasama dengan partai Geert Wilders. Tapi saat ini tidak ada yang pasti. Politisi terpopuler di Belanda ini sedang menghadapi proses pengadilan atas tuduhan menyebarkan kebencian. Dia menyatakan akan menjadikan proses ini sebagai sebuah pertunjukan besar. Dia meminta pembunuh sutradara Belanda Theo van Gogh dipanggil sebagai saksi. Pembunuhan yang terjadi 2 November 2004 di Amsterdam itu menandai suatu perubahan di Belanda yang kurang diperhatikan di luar negeri. Belanda masih dicekam ketakutan dan belum pulih dari shock saat itu.

Harian Austria der Standard menulis:

Dalam jangka panjang, populisme kanan gaya Geert Wilders hanya bisa dihadapi dengan politik imigrasi yang lebih mengutamakan keterlibatan daripada isolasi. Sampai saat ini, hal itu belum berhasil karena belum ada konsensus dalam masyarakat, bagaimana berhubungan dengan para penduduk dan pendatang muslim. Ini terlihat dalam berbagai debat tentang jilbab dan menara mesjid. Debat semacam ini hanya menciptakan prasangka dan ketakutan untuk bergaul. Tanpa konsensus luas, politisi seperti Wilders selalu akan menemukan lahan subur.

Harian Jerman Handelsblatt berkomentar:

Sekalipun ada krisis ekonomi, situasi di Belanda sebenarnya masih cukup baik. Sampai saat ini, tidak ada pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Tingkat pengangguran di negara ini lebih rendah daripada di negara-negara tetangganya. Tapi sama dengan di negara lain, warga Belanda juga khawatir dengan masa depannya. Geert Wilders menawarkan pada mereka politik hitam putih dengan slogan-slogan populer. Ini menjadi tantangan besar bagi partai-partai lainnya di Belanda. Mereka harus mampu menawarkan alternatif yang serius sampai pemilihan umum baru pada Juni mendatang.

Isu lain yang jadi sorotan pers adalah pemilihan umum di Irak hari Minggu (07/08). Harian Inggris Independent menulis:

Setiap pemilu di Irak setelah jatuhnya Saddam Hussein selalu disebut sebagai era baru oleh para pengamat internasional. Ini biasanya lebih merupakan keinginan daripada kenyataan. Tapi pemilu hari Minggu mendatang memang lain. Pemilu ini akan menjadi penentu masa depan bagi warga Irak. Penarikan pasukan Amerika Serikat dari negara itu akan mulai pertengahan tahun depan. Seberapa cepat penarikan pasukan itu bisa dilakukan, akan tergantung dari stabilitas pemerintahan mendatang.

HP/ZER/dpa/afp