1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gbagbo Ingkar Janji, Markas Outtara Tetap Diblokade

5 Januari 2011

Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo mengingkari janjinya kepada para pemimpin negara-negara Afrika, untuk mencabut blokade di sekitar hotel yang merupakan markas partai yang dipimpin rivalnya, Alassane Ouattara.

https://p.dw.com/p/ztn9
Laurent GbagboFoto: picture alliance / dpa

Salah satu janji Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo kepada para pemimpin negara-negara Afrika adalah mencabut blokade militer di sekitar hotel yang merupakan markas saingannya, Alassane Outtara. Namun hingga Rabu ini, menurut juru bicara presiden terpilih Ouattara, yakni Patrick Achi, blokade tetap dilakukan.

Negosiasi Tanpa Syarat

Selain menjanjikan untuk mencabut blokade, Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo kemarin dilaporkan bersedia tanpa syarat untuk melakukan pembicaraan mengenai pemilu presiden yang kontroversial di negeri itu. Sedangkan Outtara menunjukkan kesediaannya untuk memungkinkan Gbagbo mundur tanpa dipermalukan, bila Gbagbo mengakui kemenangan Outtara dalam pemilu presiden Pantai Gading.

Sebelumnya, juru runding organisasi kerjasama ekonomi negara-negara Afrika barat ECOWAS yang didampingi untusan Uni Afrika, PM Kenya Raila Odinga mengancam Gbagbo untuk meletakan jabatan, jika tidak mereka akan melakukan intervensi militer untuk memaksanya mundur.

Elfenbeinküste / Ouattara / Odinga
Alassane Ouattara (kiri) dan Raila Odinga (kanan)Foto: AP

ECOWAS Menanggapi Hati-hati

Lebih dari 170 orang tewas sejak konflik berkecamuk, pasca pemilu presiden di negara penghasil coklat tersebut. Larangan berkunjung yang ditetapkan Uni Eropa dan Amerika Serikat, pembekuan bantuan lembaga-lembaga donor seperti Bank Dunia, maupun maupun blokade terhadap dana publik di sejumlah bank regional, tak menggoyahkan pendirian Gbagbo untuk mundur. Demikian pula dua kali upaya pendekatan yang dilakukan ECOWAS. Setelah pertemuan sebelumnya dengan Gbagbo, Senin kemarin ECOWAS yang diwakili presiden Benin, Sierra Leone dan Cape Verde melawat ke Abidjan, dengan didampingi PM Kenya Odinga, untuk membujuk Gbagbo mundur. Namun lagi-lagi upaya itu gagal. Gbagbo mengulur waktu dengan menyatakan bersedia untuk negosiasi. ECOWAS menanggapi dengan hati-hati. Dikatakan presiden ECOWAS, Victor Gbeho:"ECOWAS dan Uni Afrika, menggunakan setiap kesempatan untuk solusi secara damai, meski mereka hanya punya setengah persen peluang.“

Elfenbeinküste / Odinga / Yayi / Koroma / Pires / Gbagbo
Raila Odinga , ECOWAS dan GbagboFoto: AP

Memecahkan masalah tanpa aksi kekerasan, itu pula yang diharapkan oleh warga Pantai Gading. Puluhan ribu warga sudah mengungsi untuk mengindari kekerasan: „Saya tak setuju setiap aksi kekerasan, karena di Afrika tak ada yang berhasil dengan cara itu. Saya lebih setuju digelar dialog.“

Jumlah Pengungsi Melebihi 20 Ribu Orang

Sementara itu, badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi UNHCR meningkatkan kucuran bantuan bagi 22 ribu warga Pantai Gading yang mengungsi ke Liberia.

Para pengungsi tersebut diantaranya terdiri dari para pendukung pemimpin yang bertikai. Mereka mengungsi dari distrik perbatasan antara Danane dan Guiglo, yang terletak di sebelah barat Pantai Gading. Dalam pernyataannya, UNHCR menyebutkan para warga tersebut melarikan diri malam hari, menembus semak belukar, guna menghindari pantauan pasukan pihak-pihak yang berpandangan politik berbeda, yang mengontrol wilayah tertentu.

Puzzlebild Triptychon Elfenbeinküste Dossierbild 3
Warga Pantai Gading serukan perdamaianFoto: picture alliance/dpa

Tujuh truk UNHCR mengangkut kebutuhan pengungsi ke 23 desa-desa di distrik Nimba, timur Liberia, yang terus dibanjiri pengungsi. Sementara para pengungsi membantu warga lokal memanen hasil kebun mereka.

Kebanyakan pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan akibat ketegangan politik di Pantai Gading adalah perempuan dan anak-anak. Selain di Liberia, terdapat ratusan pengungsi Pantai Gading di Guinea dan puluhan lainnya di Ghana. UNHCR menyiapkan bantuan bagi sekitar 30 ribu pengungsi.

Ayu Purwaningsih (rtr/dpa/ap/dw)

Editor : Agus Setiawan