1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Salju Setebal 40 Sentimeter Selimuti Gurun Sahara

10 Januari 2018

Bukit dan hamparan pasir yang diterpa panasnya sinar matahari lenyap diselimuti salju setebal 40 cm. Kejadian langka di Gurun Sahara ini merupakan yang ketiga kalinya setelah terjadi pertama kali pada tahun 1979.

https://p.dw.com/p/2qbyy
Algerien Kälteeinbruch Schnee in der Sahara
Foto: Reuters/H. B. Jerad

Satu pemandangan langka di Ain Sefra, Aljazair, yang merupakan salah satu pintu gerbang menuju Sahara. Salju menyelimuti lokasi yang dikenal sebagai salah satu yang terpanas di dunia. Ini adalah ketiga kalinya dalam 37 tahun terakhir, salju menutupi wilayah Gurun Sahara. Di musim dingin, meskipun suhu di Ain Sefra bisa sangat dingin, salju jarang sekali turun. Bahkan curah hujan pun hanya beberapa sentimeter setiap tahunnya. Demikian dikatakan Michael Mann, direktur Earth System Science Center di Penn State University.

Salju yang turun pada Minggu (07/01/18) dini hari, sempat menampilkan pemandangan unik sebelum akhirnya meleleh pada Senin (08/01/18) sore. Turunnya salju di lautan pasir yang menghampar dari Samudera Atlantik sampai Laut Merah ini merupakan yang ketiga kalinya yang tercatat. Terakhir salju turun pada 19 Desember 2016, saat suhu di Sahara 10 sampai 15 derajat Celcius lebih dingin dari biasanya. Fenomena langka ini pertama kali terjadi pada 18 Februari 1979. Ketika itu salju turun selama 30 menit.

US Geological Survey (USGS) mencatat bahwa salju cukup kerap terjadi di dataran tinggi Afrika, tapi salju "jarang jatuh" di padang pasir. Sementara, Stefan Kröpelin, ahli geologi dari Universitas Köln, Jerman,  yang meneliti iklim gurun selama beberapa tahun, mengatakan bahhwa hampir tidak mungkin untuk mengetahui berapa kali salju pernah turun di Gurun Sahara.

"Sahara sama luasnya dengan Amerika Serikat dan jumlah stasiun cuaca di sana sangat sedikit. Jadi, sebenarnya konyol mengatakan bahwa ini adalah yang pertama, kedua, ketiga kalinya, karena tidak ada yang tahu berapa kali salju turun di masa lalu kecuali benar-benar berada di sana,” dikatakan Kröpelin.

yf/vlz (rtr, new york times, abc)