1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

200611 Fatah Hamas

21 Juni 2011

Persahabatan baru antara Hamas dan Fatah sudah menunjukkan keretakan. Fatah membatalkan rencana pertemuan di Kairo, Mesir Selasa (21/06) untuk pembentukan pemerintahan koalisi dengan kelompok Hamas.

https://p.dw.com/p/11g4F
Mahmud Abbas dan Khaled Mashaal di Kairo bulan Mei laluFoto: Picture-Alliance/dpa

Ketika Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle pekan lalu mengunjungi Ramallah, Perdana Menteri Palestina Salam Fayad tampak lelah dan tidak memiliki motivasi. Itu kemungkinan besar ada kaitannya dengan serangan jantung yang dialami tokoh reformis pemerintah otonomi Palestina tersebut ketika berada di Amerika Serikat tiga pekan lalu. Tapi kemungkinan besar karena alasan lain. Tampaknya Fayad dalam waktu dekat harus menyerahkan posisinya sebagai perdana menteri Palestina. Kelompok Hamas dan Fatah yang baru berdamai satu setengah bulan lalu, saat ini kembali bertengkar terutama menyangkut Salam Fayad.

Sebetulnya Presiden otonomi Palestina Mahmud Abbas dan ketua politbiro Hamas yang berada di pengasingan di Damaskus, Khaled Mashaal, dijadwalkan bertemu di Kairo Senin (21/06) kemarin. Secara resmi mereka akan mengumumkan tokoh.-tokoh non partai yang akan menjadi anggota pemerintahan transisi bersama.

Sebelum menandatangani perjanjian perdamaian 4 Mei lalu, kedua pihak mengisyaratkan kesediaan berkompromi. Ketua Hamas Khaled Mashaal

"Jadi kita harus memobilisir diri sendiri dan mengarahkan energi untuk mencapai sasaran bersama yang ingin dicapai. Sasaran bersama kami adalah mendirikan negara Palestina, sebuah negara yang bebas dan berdaulat di Tepi Barat Yordan dan di Gaza.“

Kesepakatan baru hanya tercapai sampai jabatan menteri. Menyangkut daftar kabinet, mediator Hamas dan Fatah dapat segera mencapai kesepakatan, tapi dalam pos jabatan perdana menteri toleransi dan perdamaian berakhir. Presiden otonomi Palestina Mahmud Abbas ingin Fayad tetap memegang jabatan perdana menteri. Mahmud Abbas dari kelompok Fatah membutuhkan Salam Fayad, karena ia ingin pemerintahan koalisi mendapat jaminan dukungan barat. Dan itu hanya dapat diperolehnya dengan Salam Fayad yang mendapat simpati internasional.

Bagi Hamas, Fayad yang pro barat dipandang sebagai musuh. Ia dipuji di Amerika Serikat dan Eropa untuk kesuksesan ekonominya yang berorientasi pragmatis, untuk sikap transparansinya dalam pengelolaan dana bantuan dan untuk politiknya yang secara konsekuen anti kekerasan.

Meskipun terjadi perdebatan, pimpinan Hamas Ismail Haniyeh, sebagai orang terkuat di Jalur Gaza, menyampaikan nada perdamaian. Pengunduran keputusan untuk jabatan perdana menteri dan pos para menteri, menunjukkan isyarat perdebatan serius dalam proses perujukan. Dan Mahmud Abbas masih mengharap di masa depan dalam dialog politis dapat memimpin perundingan dua arah. Pertama dengan Hamas, dan kedua dengan Israel serta Barat. Dan siapa yang menginginkan dialog dengan kedua pihak tersebut membutuhkan Salam Fayad. Sementara media Palestina melaporkan, Fayad mempertimbangkan untuk mundur secara sukarela dari jabatan Perdana Menteri Palestina.

Sebastian Engelbrecht/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan