1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Media

Facebook Minta Maaf setelah Sensor Patung Telanjang

1 Maret 2018

Sebuah patung berusia 30.000 tahun yang menggambarkan seorang perempuan telanjang telah disensor oleh Facebook. Setelah melabelkan patung ini sebagai “pornografi berbahaya“, Facebook meminta maaf atas “kesalahan“ ini.

https://p.dw.com/p/2tWQA
Venus von Willendorf
Foto: picture-alliance/H.Fohringer

Seorang juru bicara Facebook secara resmi meminta maaf, Kamis (01/03/18), karena telah menyensor postingan yang menunjukkan patung perempuan telanjang "Venus of Willendorf." Patung setinggi 11 cm, yang diperkirakan berusia 30.000 tahun, ditemukan pada awal abad ke-20 di Willendorf, Austria.

Kontroversi dimulai pada bulan Desember 2017 lalu ketika Laura Ghianda, seorang seniwati Italia, memposting foto karya seni ini di Facebook. Postingan ini menjadi viral - dan tak lama kemudian Facebook menyensor foto tersebut. Ghianda yang merasa marah menulis bahwa "perang terhadap budaya manusia dan intelektualisme modern tidak akan ditolerir."

Rabu (28/02/18), The Natural History Museum (NHM) di Wina, tempat patung itu dipamerkan, juga melayangkan keberatan atas "kebijakan sensor" Facebook ini. "Tidak ada alasan untuk menutupi Venus Willendorf dan menyembunyikan ketelanjangannya," kata direktur museum Christian Köberl. "Baik di museum maupun di media sosial."

Patung yamg merupakan simbol kesuburan ini tidak hanya dianggap sebagai "ikon" museum, namun penggambaran prasejarah paling terkenal atas seorang perempuan.

Permintaan maaf Facebook merupakan reaksi terhadap pernyataan museum Wina ini serta juga karena kemarahan netizen. Juru bicara Facebook menjelaskan bahwa kebijakan Facebook tidak mengizinkan penggambaran ketelanjangan atau bahkan menyarankan ketelanjangan. "Namun, kami membuat pengecualian untuk patung-patung, itulah sebabnya postingan tersebut sudah seharusnya disetujui," demikian dikatakan kepada kantor berita AFP.

Facebook kerap mendapat kritik karena melarang konten tertentu sementara membiarkan konten kontroversial lainnya dipublikasikan.

Baca juga:

Ancaman ekstremisme negara-negara Muslim di media sosial

Media Sosial: duit receh untuk teroris

Bagaimana Muslim Cyber Army beroperasi?

yf/hp (afp)