Duisburg Setahun Setelah Bencana Loveparade
24 Juli 201124 Juli 2010 penggemar musik raver berkumpul di Duisburg, sebuah kota di Jerman. Pesta musik yang dinamakan Loveparade itu berakhir dengan tewasnya 21 orang akibat panik massal. Lebih 500 pengunjung terluka. Bagaimana warga Duisburg sekarang melihat peristiwa itu?
Bila mahasiswi Sabrina Möring pulang ke rumah orangtuanya, ia melewati lokasi bencana. Warga Duisburg yang berusia 22 tahun itu juga pergi Loveparade setahun lalu, tapi baru mendengar kabar tentang korban jiwa dan luka setelahnya. Ia dulu gembira sekali bahwa Loveparade digelar di kotanya. Sesuatu yang membuat kotanya terkenal.
Tetapi sekarang ia berpendapat lain: „Jelas orang seharusnya tidak malu akan tanah airnya. Pembicaraan tak hentinya mengenai tema ini membuat orang Duisburg sangat sedih. Yang terjadi adalah tragedi yang luar biasa dan sebuah bencana besar. Tetapi ini tidak ada hubungannya dengan kota dan penduduknya. Kami semua menderita dan benar-benar merasa ikut bertanggung jawab. Saya pasti berpandangan sama dengan banyak warga Duisburg bahwa kami merasa tidak nyaman mengatakan, kami berasal dari kota ini, di mana terjadinya bencana."
"Awal Baru bagi Duisburg"
Di seberang stasiun kota, Heinrich Henkel, usia 81 tahun dan bekas kepala sekolah, mengumpulkan tanda tangan untuk petisi agar walikota Duisburg, Adolf Sauerland dipecat. Inisiatif masyarakat ini bernama "Awal baru bagi Duisburg". Gerakan ini berpendapat, awal baru bagi kota ini hanya dapat terlaksana jika walikota mengakui tanggung jawab politiknya atas tragedi Loveparade dan mundur: „Sebenarnya pesta musik itu ditujukan untuk mengangkat nama kota ini. Sebuah pesta gembira bagi kaum muda yang suka musik. Tetapi akhirnya ini bahkan sangat merusak citra Duisburg. Saya pikir rusaknya citra ini terutama karena hampir tidak ada pihak yang benar-benar mau bertanggung jawab."
Dan memang tidak ada perubahan hingga sekarang. Bencana Loveparade menghantui kota Duisburg. Padahal kota berpenduduk 500.000 jiwa ini sudah punya cukup banyak masalah, misalnya angka pengangguran yang tinggi dan hutang yang menumpuk. Perkelahian antara dua kelompok rocker Hell Angels dan Bandidos dua tahun yang lalu juga memperkeruh gambaran kota ini di ingatan banyak warga.
Mengambil jarak agar dapat berdamai
Cornelia Schulenburg, usia 71 tahun, tinggal di Duisburg sejak 40 tahun terakhir. Bekas guru ini juga mengumpulkan tanda tangan menentang walikota: „Kota ini dan administratifnya kelihatan agak lumpuh. Hanya hal-hal minimal yang harus dilakukan, mereka kerjakan. Kelumpuhan juga terlihat di kota. Duisburg perlu awal baru."
Sabrina Möring juga berpendapat sama. Ia mengatakan, orang tidak boleh melupakan peristiwa itu, tetapi harus dapat mengambil jarak supaya dapat kembali berdamai dengan kota itu.
Petra Nicklis/Christa Saloh
Editor: Luky Setyarini