1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dongeng Jadi Kunci Pembuka Dunia

Charlotte Hauswedell13 September 2012

Dongeng disukai tua dan muda. Peneliti dongeng Wolfgang Mieder mengatakan bahwa dongeng dan hikayat saat ini sudah mengalami banyak modifikasi.

https://p.dw.com/p/167v7
Foto: picture-alliance/akg-images

Peminat dongeng tidak berkurang, sebaliknya. Saat ini dongeng berfungsi sebagai kerangka cerita begitu banyaknya film, buku, atau pun film berseri. Pasarnya meluap. "Akibatnya, setiap orang membaca dongeng dalam versi yang berbeda, dan kita tidak kenal lagi dongeng sebagaimana aslinya. Elemen yang menghubungkannya telah hilang," kata peneliti dongeng Wolfgang Mieder.

Sebenarnya ia optimis. Tapi ia sedikit pesimis, jika memikirkan, apakah dongeng punya masa depan. Mieder mengkhawatirkan bagaimana dongeng disebarkan dan diadaptasi.

Peraih Hadiah Dongeng Eropa 2012 selama 40 tahun terakhir ini menjunjung tinggi arti dan penyebaran dongeng. Sebagai orang Jerman yang tinggal di Amerika Serikat, Mieder merasa tinggal di dua budaya. Ia juga memperhatikan bagaimana pengaruh dongeng Jerman di dunia.

"Dongeng Jerman terus memiliki arti penting. Hampir tidak ada negeri yang tidak mengenal dongeng klasik karya Grimm Bersaudara," kata Mieder. Walaupun dongeng-dongeng kuno itu kini disesuaikan dengan zaman sekarang, inti ceritanya tetap terjaga. "Dongeng sihir dengan akhir yang positif dan mendidik selalu menjadi favorit. Tentu saja di tiap dongeng ada tokoh antagonisnya. Tapi bagusnya dongeng adalah, keadilan selalu berhasil ditegakkan dan tokoh protagonis yang menang."

Dongeng Mencerminkan Masalah Mendasar

Wolfgang Mieder
Wolfgang MiederFoto: picture-alliance/dpa

Prinsip tokoh baik dan jahat juga ditampilkan dalam dongeng modern seperti Harry Potter. Kisah penyihir muda itu berhasil memenangkan hati anak-anak dan remaja dan mendorong kaum muda untuk kembali gemar membaca. Skema ceritanya tetap sama, dengan bumbu yang baru. Itu prinsip yang paling sederhana.

Mieder mencontohkan dongeng kesukaannya "Sterntaler". Dongeng itu mengisahkan seorang gadis kecil yatim piatu yang sangat murah hati. Meskipun miskin dan tidak punya rumah, ia memberikan barang miliknya hingga baju yang dipakai untuk mereka yang memerlukannya. Pada akhir cerita, bintang-bintang jatuh di depan gadis kecil itu dan berubah menjadi kepingan emas.

"Selalu ada nilai seperti harapan dan keadilan dalam dongeng, yang membuat orang menyukainya,“ kata Mieder. Tapi tidak hanya itu. Dongeng mengungkapkan kebenaran tentang manusia, yang tidak terbatas waktu dan budaya. "Dalam dongeng, masalah manusia digambarkan secara simbolis. Dengan itu pun kita bisa melihat masalahnya lintas batas."

Kecintaannya pada dongeng dan bahasa Jerman membawanya kuliah di Amerika Serikat, walau pun sebenarnya ia ingin menjadi ahli matematika. Suatu seminar di jurusan kebudayaan Jerman sangat menarik minatnya, sehingga Mieder memutuskan ingin bekerja di dua budaya yang saling berhubungan, budaya Jerman dan Amerika Serikat, dari tempat dia tinggal saat itu.

Kenangan lamanya dari Jerman selalu kembali. "Pada tahun 50-an ketika membeli margarin, pasti ada hadiah gambar-gambar cantik. Saya selalu mengumpulkan gambar-gambar itu dan menempelkannya di dalam album foto. Album gambar inilah yang mengenalkan saya pada dunia dongeng."

Dampak Dongeng yang Lintas Budaya

Kini situasinya jelas berbeda. Era digital mengubah cara penyebaran dongeng. "Yang dulunya memerlukan waktu puluhan tahun, kini bisa sangat cepat menyebar. Pertanyaannya, apakah bentuk baru dongeng dan peribahasa juga akan terus bertahan. Biasanya, semua itu cepat menghilang. Tapi jika menyebar lewat internet, maka bisa diamati bagaimana penerimaan orang-orang," tutur Mieder.

Yang jelas bentuk pengungkapan cerita punya dampak tersendiri, jika dongeng dan cerita bisa diakses di mana-mana. Kisah, cerita atau dongeng, tidak lagi diungkapkan dalam bentuk cerita lisan, tetapi dikonsumsi dengan cara lain, melalui bioskop, televisi atau internet. "Jika Anda bertemu orang di jalan dan minta dia untuk menceritakan suatu dongeng, maka tidak akan ada yang memahami. Walau pun kita kenal dongengnya, kita tidak kenal lagi dengan bentuk pengungkapan cerita secara lisan," kata Mieder.

Cara Bercerita yang Berbeda, Harapan yang Berbeda

Harapan terhadap bentuk penceritaan dongeng juga berubah sehubungan dengan bahasa gambar dan tempo berceritanya. Konteks dan cara penceritaan dongeng dalam film layar lebar menjadi lebih cepat dan rumit. Produksi dongeng yang berlebihan telah membuat usang aspek kebersamaan dalam penceritaan dongeng.

Mieder saat ini mengamati adanya gelombang baru penceritaan dongeng di sekolah-sekolah. Katanya, penting untuk "menunjukkan pada generasi muda bahwa ada hubungan antara keduanya. "Jika orang melihat politik saat ini, selalu timbul pertanyaan, apakah kita sebagai manusia bisa hidup tanpa membantu orang lain? Saya pikir, dongeng dengan pesan sederhana tolong-menolong, mengutamakan orang lain, dan semangat berbagi adalah jawaban sederhananya."

Jawaban terhadap Masalah Aktual

Wolfgang Mieder menerbitkan 200 karya ilmiah dan 500 artikel seputar penelitian dongeng, hikayat dan peribahasa. Ia mengajar Sastra Jerman dan Ilmu Cerita Rakyat. "Di dalam pelajaran, saya ingin membuka jalan bagi mahasiswa untuk mengenal dongeng secara pribadi. Mengapa kita membaca dongeng? Sistem nilai apa yang ditampilkan? Saya berusaha untuk menjadi duta di bidang pengetahuan dan menjadi jembatan antar budaya."

Sikap Mieder yang rendah hati, membuat orang mudah mendekatkan diri. Meski ia meraih berbagai penghargaan, ia kerap tidak yakin apakah dirinya berhak mendapatkan hadiah. Tanggal 13 September 2012, Mieder menerima Hadiah Dongeng Eropa di Volkach, Bayern, Jerman.