1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

DK PBB Sepakati Resolusi Penghapusan Senjata Nuklir

25 September 2009

Presiden AS Obama selaku pimpinan sidang DK PBB, mengumumkan kesepakatan monumental itu, "15 suara mendukung. Dengan demikian rancangan ini disahkan dengan kesepakatan bulat, sebagai resolusi nomor 1887 tahun 2009."

https://p.dw.com/p/Jp4L
Barack Obama (kanan) dan Sekjen PBB .Ban Ki-moon dalam sidang DK PBBFoto: AP

Inilah untuk pertama kalinya, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) menyepakati suatu resolusi yang mengupayakan penghapusan sepenuhnya senjata nuklir. Untuk menghindari penolakan dari Rusia dan Cina yang memiliki hak veto, rumusan resolusi itu tidak menyebutkan nama-nama negara, khususnya Iran dan Korea Utara, yang selama beberapa tahun terakhir ini menunjukkan aktivitas pengembangan nuklir yang mencemaskan dunia.

Kendati dalam tanggapannya, sejumlah kepala negara seperti Perdana Menteri Inggris Gordon Brown dan Presiden Prancis Nicolas Sarkoky tetap tegas menunjuk Iran dan Korea Utara.


Inilah pula untuk pertama kalinya seorang presiden Amerika Serikat memimpin sidang DK PBB. Catatan sejarah lain menunjukan pula, ini sidang DK kelima yang dihadiri oleh para pemimpin negara-negara anggota.

Dalam pidatonya, Presiden Obama juga menekankan urgensi peningkatan aksi oleh masyarakat internasional untuk menghentikan pengembangan nuklir, "Kita sekarang menghadapi iklim pengembangan senjata nuklir dalam kompleksitas dan skala yang sedemikian rupa, sehingga menuntut strategi dan pendekatan baru. Resolusi bersejarah yang baru saja kita sahkan, menegaskan tekad bersama kita untuk mewujudkan suatu dunia tanpa senjata nuklir.“

Resolusi mendesak semua negara di dunia untuk menandatangani Perjanjian Non Proliferasi NPT, meratifikasi Perjanjian Komprehensif Pelarangan Uji Coba Nuklir CTBT. Resolusi juga menyertakan biaya tinggi bagi negara yang bermaksud keluar dari keanggotaan di NPT. Masih ada sembilan negara yang masih tidak menandatangani NPT, antara lain tiga negara pemilik senjata nuklir: Israel, Pakistan dan India.

Presiden Barack Obama menganggap ini merupakan langkah awal yang sangat penting bagi upaya membebaskan dunia dari senjata nuklir. Menurutnya Amerika sendiri akan terus berunding dengan Rusia untuk setahap demi setahap memusnahkan persenjataan nuklir mereka. Dan kita, kata Obama, tak boleh berhenti sebelum seluruh senjata nuklir dimusnahkan dari muka bumi. Ini tugas kita, kata Obama, ini bisa jadi takdir kita pula.

"Tempo 12 bulan mendatang sangatlah menentukan, apakah resolusi ini, dan seluruh upaya kita untuk menghentikan penyebaran senjata nuklir akan berhasil atau gagal. Dan seluruh negara di dunia harus ambil bagian untuk membuatnya berhasil," tegas Obama.

Resolusi ini dianggap pencapaian besar. Namun dikritik karena tidak mengikat, dan tak ada mekanisme sanksi bagi negara yang melanggar atau tidak memenuhi tujuan resolusi. Presiden Cina Hu Jintao, misalnya, menunjukkan dengan jelas bahwa negaranya tak berniat untuk menghapuskan persenjataan nuklir mereka. Ia hanya menyebut, Cina akan turut berupaya agar dicapai kemajuan dalam proses perlucutan nuklir dunia. Namun katanya, Cina akan terus menjaga agar kemampuan nuklir mereka berada dalam ambang minimum yang dibutuhkan untuk keamanan nasional mereka.

Betapapun, Sekretaris Jendera PBB Ban Ki Moon menganggapnya sebagai kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan. "Ada suatu momentum baru bagi suatu dunia untuk terbebas dari senjata nuklir. Muncul suatu dorongan baru bagi terciptanya suatu perdamaian dunia. Ini sebuah momentum langka yang harus kita manfaatkan."

GG/ZR/ BODEWEIN/rtr/dpa