1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dibanjiri Pengungsi Tunisia, Italia Kritik Uni Eropa

15 Februari 2011

Hanya dengan beberapa potong baju dalam tas, imigran Tunisia membanjiri pulau Lampedusa di Italia pekan ini. Perjalanan yang mereka harap akan membawa pada hidup baru di Eropa.

https://p.dw.com/p/10HYM
Pengungsi asal Tunisia yang tiba di Lampedusa, Senin (14/02)Foto: picture-alliance/dpa

Ribuan warga Tunisa tiba dengan kapal nelayan di Lampedusa. Mereka lari dari Tunisia yang masih bergolak setelah jatuhnya Presiden Ben Ali akibat revolusi rakyat. Sebagian kecil berbaris di lapangan udara di pulau kecil itu. Mereka akan diangkut dengan pesawat carteran Air Italy ke Brindisi, kota di selatan Italia, setelah melewati serangkaian pemeriksaan ketat, juga soal kesehatan, oleh penjaga keamanan yang mengenakan masker bedah dan sarung tangan latex.

Lampedusa tak punya fasilitas untuk memproses migran, terang petugas. Semua orang yang tiba hari-hari terakhir ini, sekitar 5000 orang, kurang lebih sama dengan jumlah penduduk pulau itu, akan dibawa ke bagian lain Italia. Mereka akan mendapat kesempatan untuk mengajukan permohonan resmi untuk suaka, di pusat penampungann imigran, yang biasanya makan waktu sekitar tiga bulan.

Mereka yang tidak mendapat suaka dalam bentuk apapun, akan dikirim pulang di bawah perjanjian antara Italia dan Tunisia. Namun pejabat Italia mengatakan, perjanjian itu tidak lagi diberlakukan sejak revolusi Tunisia bulan lalu. Ketidakpastian situasi, ekonomi dan politik, menggiring ribuan rakyat negara itu mengungsi.

Lampedusa lebih dekat ke pantai Tunisia daripada ke Italia. Pulau seluas 20 km persegi ini menjadi gerbang masuk bagi imigran ilegal ke Eropa. Ini persoalan seluruh Eropa, kata Kanselir Jerman Anggela Merkel. Ia menegaskan, "Tidak semua orang yang tidak mau tinggal di Tunisia, bisa datang ke Eropa. Kita harus berbicara satu sama lain, seperti kita juga dapat memperkuat lagi kondisi hukum di Tunisia, dan apakah Eropa bisa ikut membantu. Karena tujuan kita adalah juga menyelesaikan masalah di negara asal. Untuk memberi perspektif bagi rakyat di sana."

Uni Eropa akan membantu, janji Catherine Ashton, Pejabat Tinggi Urusan Luar Negeri Uni Eropa, saat berkunjung ke Tunisia pekan ini. Ia berharap, perjanjian dagang dengan Uni Eropa dapat disepakati dalam beberapa bulan, untuk mendorong ekonomi Tunisia yang guncang oleh kerusuhan pada pekan-pekan lalu. "Kami ingin mengembangkan perekonomian Tunisia, membangun masyarakat sipil dan membantu menawarkan masa depan pada negara ini," dinyatakan Catherine Ashton.

Namun Italia merasa ditelantarkan oleh Uni Eropa. Menteri Dalam Negeri Roberto Marodi memprotes reaksi lamban Komisi Eropa saat diminta bantuan. Protes itu dibalas Cecilia Malmstrom, Komisaris Dalam Negeri Uni Eropa, yang mengatakan, justru Italia yang menolak tawaran bantuan. Selasa (15/02), Menlu Italia Franco Frattini mengulang kritik Roma dengan mengatakan Uni Eropa tidak siap, tidak melihat ke depan juga tidak mencegah krisis, akibat banjir pengungsi dari Tunisia.

Arus pendatang ilegal juga menyulut sengketa diplomatik antara Tunisa dan Italia. Tunis menuduh Roma melanggar kedaulatannya setelah seorang menteri mengusulkan untuk mengirim polisi Italia ke Tunisia, guna meredam arus pengungsi ke Lampedusa.

Renata Permadi/ afp/dpa/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk